Ramadhan dan Meningkatkan Produktivitas

Dalam satu tahun ada bulan yang selalu dinanti-nantikan oleh umat muslim. Bulan paling mulia, bulan penuh anugerah dan dilimpahkannya milyaran pahala dari Allah pada hamba-Nya. Bulan dimana setan dibelenggu dalam penjara supaya tidak menggoda manusia. Bulan ketika setiap amal terhitung berlipat ganda. Bulan paling indah. Bulan dimana kitab suci Al-Qur’an diturunkan kepada kekasih Allah, yakni Rasulullah SAW.

Namanya Ramadhan. Bulan yang selalu dirindukan itu. Dewasa ini, aku semakin memahami, rupanya Ramadhan tidak hanya dirindukan oleh umat muslim di muka bumi. Namun juga manusia secara umum. Buktinya beberapa orang dari kalangan agama non muslim juga turut memeriahkan kehadiran bulan penuh keberkahan ini. Mengapa bisa begitu? Karena pengaruh dari bulan ini memang begitu global. Menyuruh pada seluruh sektor kehidupan manusia.

Sederhananya pada sektor ekonomi, sektor ini adalah sektor paling vital dalam sebuah negara. Ketika bulan puasa ini tiba, secara membludak banyak bermunculan mata pencaharian baru dan beraneka macam bahan jualan baru. Seperti ada spirit kuat muncul pada seluruh lapisan masyarakat untuk meramaikan bulan suci ini. Teringat pada era kepemimpinan Gus Dur dulu, beliau membuat aturan ketika bulan Ramadhan seluruh kegiatan pendidikan utamanya sekolah formal di seantro negeri.

Belum lagi sektor-sektor lain yang akan mendapatkan dampak juga dari kehadiran bulan paling dirindukan ini. Banyak sekali dampak yang muncul sebagai imbas hadirnya bulan Ramadhan. Di masing-masing tempat dan waktu memiliki ciri khas tersendiri dalam berlomba menyambut bulan paling agung ini. Adanya perintah untuk berpuasa satu bulan penuh juga turut memberi pengaruh kuat pada kondisi psikis masyarakat dalam menjalaninya.

Berpuasa berarti melatih hidup teratur. Teratur dalam kedisiplinan waktu. Kapan waktunya berhenti makan dan kapan waktunya menunaikan ibadah-ibadah lainnya. Semuanya bersatu dalam kesatuan bulan Ramadhan dengan semangat yang membara. Mulai dari menjalani sahur, mengisi waktu siang hari ketika berpuasa, bersuka cita menyambut waktu buka puasa, hingga beramai-ramai menunaikan shalat tarawih bersama-sama.

Bagi aku pribadi, Ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk mengatur diri dengan lebih tegas. Karena Allah menyediakan waktu begitu teratur. Sehingga akan sangat merugi bagiku jika tidak memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Tentu ini di luar aktivitas yang sudah menjadi kewajiban. Maka yang menjadi pilihanku adalah menulis. Karena semenjak kecil aku dibesarkan dengan kegemaran membaca, maka aktivitas itulah yang pertama terbersit dalam pikiranku untuk menghidupkan bulan Ramadhan ini.

Aku memang suka membaca buku. Kebanyakan buku fiksi dan beberapa kali juga kusempatkan membaca buku non fiksi. Setelah selesai membaca maka kegiatan berikutnya adalah menulis. Namun aku belum sanggup mewajibkan diri untuk menulis. Tanpa adanya tekanan dari luar. Nah, melalui bulan penuh kekuatan ini, aku jadi punya alasan yang besar untuk mewajibkan diri dengan menulis. Aku harus rutin menulis. Aku harus rajin menulis. Caranya dengan menulis setiap hari satu tulisan. Ini solusi paling nyata untuk diriku yang suka melabeli diri sebagai penulis tetapi masih suka terlalu banyak alasan jika disuruh menulis.

Tahun pertama aku menerapkan praktek ini aku mulai dari yang paling sederhana. Yakni menulis diary, aku menceritakan semua pengalaman dalam setiap harinya sejak pagi sampai malam. Tahun berikutnya aku mencoba meningkatkan kesulitan tantangan, yakni dengan menulis puisi. Ini cukup berhasil sehingga muncul rasa bangga yang tak terhingga ketika bulan Ramadhan telah usai dan terbukti 30 puisiku telah terkumpul. Hati siapa tidak bahagia. Alhamdulillah.

Satu hal penting yang selalu kusyukuri dari waktu ke waktu adalah setiap kali bulan Ramadhan tiba, aku diberi kesempatan untuk mengaji dan belajar di pondok. Semenjak kelas 1 SMP, tepatnya tahun 2005. Hingga kelas 3 SMA tahun 2012 pengalaman ini terus bergulir. Semenjak itu, rasanya setiap kali Ramadhan tidak afdhol rasanya jika tidak diisi dengan aktivitas mengaji dan menambah teman baru di pondok yang berbeda-beda. Teringat salah satu materi yang pernah disampaikan guru dari kitab Ta’limul Muta’allim. Di situ disebutkan pentingnya bersungguh-sungguh dalam belajar. Mengulang pelajaran setelah mendengarkan pertama kali dari guru. Inilah yang menjadi dasar untukku terus berupaya meningkatkan produktivitas dalam berupaya.

#BERSEMADI_HARIKE-1
#inspirasiramadan 
#dirumahaja
#flpsurabaya

Komentar

Postingan Populer