Mentari tak pernah TENGGELAM
Dulu waktu kecil waktu liburanku selalu kuisi dengan pagi-pagi
pergi ke sawah belakang rumah pamanku bersama keempat sepupuku, seusai sholat
subuh berjamaah dengan paman, kami berlima segera beranjak jalan-jalan
menyambut matahari yang akan segera muncul di ujung pematang sawah nan hijau
milik nenekku, hingga sekiranya matahari telah puas memamerkan dirinya di depan
kita, maka kami akan pulang kembali ke rumah paman untuk mandi pagi dan
menikmati sarapan buatan bibi yang sangat lezat. begitulah aktifitasku di
seluruh hari-hari indahku dulu sewaktu liburan di desa peterongan Jombang.
Kini sepuluh tahun
telah berlalu dan di seluruh liburan kuliah yang begitu padat, masih
kusempatkan satu pagi diantara puluhan hari di satu tahunku untuk menikmati
masa-masa itu, masa yang tak mungkin terlupakan, dan saat usiaku sudah tak
sedikit lagi ini, aku memandang mentari tidak hanya untuk menikmati hangatnya
saja, akan tetapi ada sesuatu yang mengusik kalbuku, saat ku berdiri sendiri di
pematang sawah bersama sepeda yang kupinjam dari mbak-mbak santri, karena
keempat sepupuku sudah tak ada lagi waktu luang untuk sebuah aktifitas kecil
seperti ini, jadilah aku berdiri seorang berdiri menanti kedatangan sang sumber
energi itu.
Di sela-sela
keterpanaanku pada Makhluk Allah yang paling berjasa itu aku merenung, kenapa
orang-orang menyebutnya "matahari terbit" padahal dia itu kan
sebenarnya tidak pernah tenggelam, teringat beberapa bulan yang lalu di senja
pesisir pantai utara, aku sempatkan beberapa saat mengenalkan telapak kakiku
pada buih-buih pasir pantai tuban bersama seorang seniman, aku juga berfikir,
kenapa orang-orang menyebutnya "matahari tenggelam" padahal ia tak
pernah tenggelam.
Sesuai dengan
penuturan semua guru-guru fisika dan biologiku di SMP dan SMA, beliau semua
menjelaskan bahwa bumi itu mengalami rotasi dan revolusi, rotasi berarti berputar
pada porosnya, dan revolusi berarti berputar mengelilingi matahari, jadi selama
ini kita melihat matahari terbit dan tenggelam dan bulan muncul dan hilang itu
semata-semata semu, karena sejatinya bumi-lah yang berputar memutarinya,
pandangan manusia yang tertipu, sebagaimana jika kita naik kereta api yang
melaju sangat kencang, saat kita melihat ke jendela, maka seakan-akan segala
sesuatu yang diluar kereta, yang kita lihat di jendela itu yang bergerak
berlarian, itu efek dari laju kereta yang begitu kencang.
Nahh,,, lalu kenapa sekarang semua orang menjadi salah kaprah?
apakah yang membuat istilah seperti itu pertama kali dahulu tidak pernah
belajar fisika dan biologi? atau mereka sengaja membuat majas untuk
mengungkapkannya? entahlah, aku tak mau berfikir banyak tentang itu, yang
penting, sekarang yang harus kuyakini bahwa Matahari itu tak pernah Tenggelam.
nabi ibrahimpun menganggap matahari tenggelam..
BalasHapusfalamma roassyamsya bazighotan qola hadza rabbiy.. haadzaa akbar.. falamma afalat qoola yaa qoumi inni bariii'un mimmaa tusyrikuun..
Nabi Ibrahim sungguh sangat menginspirasi :)
Hapus:)
BalasHapusterima kasih telah menyempatkan membaca goresan tanganku ;)
Hapus