Mulai Bosan di Rumah Saja? Ini Solusinya

Situasi ini memang tidak mudah. Bagaikan mimpi di siang bolong. Tanpa ada undangan, virus itu datang merebak di seluruh penjuru negeri. Tanpa ada aba-aba, wabah itu datang dengan tiba-tiba meresahkan seluruh lapisan warga. Dari rakyat jelata hingga pejabat negara, dari petani desa hingga eksekutif muda di kota, dari pekerja di daratan hingga pencari nafkah di laut dan udara. Semua mendapatkan dampak dari virus bernama Corona itu.

Sebenarnya sudah terlalu banyak bersliweran berita tentang corona. Sehingga sudah hampir kebal rasanya telinga mendengar itu semua. Hati yang teriris tak tega dan perasaan yang terlalu panik menghantui setiap pagi dan sore. Berita di online semakin ugal-ugalan berkeliaran tanpa kontrol. Hanya kita sendiri yang mampu mengendalikan arus informasi yang masuk berseliweran di sekitar kita. Oleh karena itu, jika dirasa tidak terlalu penting atau bahkan membuat diri kita semakin kepikiran, maka lebih baik kurangi konsumsi berita tersebut.

Akibat maraknya virus ini dan mudahnya penularan dari orang ke orang, maka himbauan untuk berdiam diri di rumah diturunkan. Secara masif langsung dari pemerintah. Awalnya hanya anjuran kemudian berkembang menjadi perintah. Dimulai dari unit-unit pendidikan mulai meliburkan kegiatan bertatap muka langsung, disusul kemudian perusahaan dan pabrik. Satu per satu memberlakukan bekerja dari rumah. Semua aktivitas pun dilakukan di rumah. Semua tempat yang berpotensi terjadi berkumpulnya banyak orang pun ditutup sampai pada waktu yang belum ditentukan.

Namun bagi orang-orang yang sudah biasa atau bahkan wajib beraktivitas di luar tentu ini bukanlah hal mudah. Biasanya dalam sehari bisa berkeliling sampai hari menjelang petang. Saat ini dari matahari terbit sampai tenggelam kembali tidak bisa dengan leluasa berkeliaran di jalan. Rasanya seperti hidup terbatasi dinding-dinding rumah dan aktivitas yang itu-itu saja, itu lagi itu lagi. Apakah kita akan meninggal dengan hidup seperti ini? Tentu tidak. Apakah kita terus menerus terpuruk dan meratap dengan kondisi ini? Tentu jangan. Maka mari kita cari beberapa alternatif untuk menghidupkan diri kita dalam masa karantina ini.

Sebetulnya banyak kegiatan yang bisa dilakukan ketika kita di rumah saja. Jangan jadikan alasan karantina sebagai alibi kemalasan kita. Tidak peduli apapun profesinya, di manapun keadaannya, pasti akan selalu ada kegiatan yang dilakukan. Jangan khawatir dengan rezeki, jangan takut tidak bisa makan. Selama kita masih berusaha, maka insya Allah akan selalu dipenuhi kebutuhan kita oleh Allah. Di dalam kitab Majmu’ disebutkan bahwa, selama seorang hamba masih menunaikan sholat fardlu dengan lengkap. Memenuhi rukun dan wajib, meliputi berdiri, ruku’, sujud, dan duduknya dengan maksimal khusyu’, maka Allah tidak akan menghalangi rezeki turun padanya.

Di antara kegiatan yang dapat dilakukan dapat dikategorikan sesuai segmentasi usia.
  1. Untuk anak-anak berusia balita kegiatan yang dilakukan tentu didominasi dengan permainan. Namun perlu diperhatikan, main di sini tidak melulu menggunakan gadget. Ada banyak permainan tradisional yang bisa menjadi alternatif. Di antaranya bermain bola bekel, dakon, lego, atau bermain kotak pos berlarian di dalam rumah. Dapat diperkaya juga dengan mendengarkan dongeng.
  2. Untuk anak berusia sekolah SD kelas bawah, aktivitas juga masih bisa didominasi dengan permainan, namun mulai dibumbui dengan hal-hal edukatif. Ditambah aktivitas menulis, membaca, menggambar, dan mewarnai. Ini juga dapat menajamkan kognitif dan kecerdasan anak. Jangan lupa penegasan jadwal bermain gadget.
  3. Untuk anak usia SD kelas atas, waktu untuk membuka gadget mulai lebih dikurangi lagi. Anak di usia ini sudah rawan terkena candu gadget. Aktivitas di rumah lebih banyak diperkaya dengan aktivitas fisik juga. Mengingat pertumbuhan anak sedang pada tahap paling maksimal. Solusi senam bersama keluarga di halaman rumah atau di dalam rumah dapat menjadi pilihan.
  4. Untuk remaja usia SMP, anak sudah mulai dapat ditanya hobinya. Coba diarahkan pada hal-hal positif dan dapat meningkatkan kemampuan pada keahlian khusus. Anak usia ini sudah mulai cakap diajak bersama-sama memasak, berkebun atau merenovasi rumah.
  5. Untuk remaja usia SMA, jati diri mulai pelan-pelan terbentuk. Idealisme sedang pada puncaknya ingin dibuktikan. Sehingga bukanlah hal baru jika dalam usia ini mungkin seseorang mulai sulit dicampuri urusan pribadinya. Kemauannya tinggi dapat difasilitasi dengan lebih banyak memberi me time namun tetap diberi perhatian penuh. Didukung mimpi dan cita-citanya. Hobi yang dia pilih mulai terlihat dengan keseriusannya dalam beraktivitas. Berikan ruang yang bebas untuk bergerak dan jangan dibatasi. Entah dengan hak berselancar di dunia internet lebih banyak namun tetap dalam pengawasan. Atau dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan buku atau bacaan fisik.
  6. Memasuki usia dewasa, khususnya ketika kuliah seseorang mulai menunjukkan sifat asli yang dia miliki. Apakah dia tipikal introvert dengan kebiasaan menyendiri dan menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar. Atau dia tipikal ekstrovert dengan link begitu luas tanpa batas, maka dukung dia dengan perangkat yang memadai. Ikutilah gaya bergaul sesuai kepribadian kita masing-masing.


Sebelum kita mengeluh dengan kondisi ini, mari kita amati dulu. Sebenarnya kita ada di posisi yang mana, usia berapa atau menghadapi anggota keluarga dengan segmentasi usia yang mana. Sehingga kita tidak terjebak dalam frustasi tak berujung tanpa alasan tak menentu. Semangaaat!


#BERSEMADI_HARIKE-8
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya

Komentar

Postingan Populer