Terbelenggu Mahabbah Rindu
“Kalau bukan aku sendiri, siapa yang bakal mengubah
nasibku! Kalau tak belajar sendiri, siapa yang bakal mengasah otakku! Kalau
bukan ilmu, siapa yang bakal mengangkat derajatku!”
Kalimat tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak kutipan
kalimat motivasi dalam novel ini yang mampu melecutkan semangat para pembaca. Baik
semangat dalam menjalani kehidupan, menjemput dan memperjuangan cinta hingga
semangat dalam meraih cinta sejati kepada Tuhan. Buku ini layak disebut sebagai
buku spiritual, yakni memaknai hakikat cinta sejatinya bermuara pada cinta
Tuhan. Meski pada luarannya buku setebal 404 halaman ini merupakan sebuah novel
bergenre romance yang cukup membuat kasmaran siapapun yang membacanya.
Mbak Abidah selaku penulis dengan latar belakang spiritual
yang cukup kuat seakan menjamin isi dari buku ini begitu bernas. Dari awal
dimulainya cerita, buku ini seakan menggiring pembaca untuk memahami hakikat
dari cinta. Apa itu cinta apa itu rindu, bagaimana cara mencintai yang
sesungguhnya, bagaimana cara merindu yang lugu namun syahdu. Penokohan Den
Mundu dan Soraya sebagai tokoh utama pasangan kekasih dalam cerita seakan sengaja
dihadirkan penulis untuk memaknai lebih riil bagaimana cinta antara sepasang
anak manusia hadir, tumbuh, berkembang dan seharusnya disemai.
Isi dari novel ini lebih didominasi dengan perenungan atau
mimpi para tokohnya. Mulai dari penggambaran munculnya sosok yang menyerupai maha
guru bagi Den Mundu hingga kehadiran Sunan Kalijaga dalam rangka memberikan
bimbingan atau teguran dalam memutuskan berbagai hal. Begitu halnya yang
dialami Soraya, mimpi keadaan di Padang Mahsyar dan Surga hadir bersamaan di
saat hatinya begitu gundah akan kejelasan hubungan asmaranya dengan Den Mundu.
Jika ditilik dari segi alur, memang cerita dalam novel ini tidak begitu
mementingkan bagaimana alur cerita ini mengalir. Di sisi lain, untaian diksi
dalam kalimat demi kalimatnya menjadi sebuah daya tarik tersendiri.
Meski buku ini bukanlah buku baru, namun topik yang diangkat
tidak akan habis tergerus zaman. Percintaan sebagai ruh utama, diberi bumbu
cerita kesenjangan sosial, dan sejatinya yang ingin diangkat adalah nilai mahabbah
sejati. Cerita-cerita spirit proses kesadaran diri juga disisipkan dalam novel
ini, terbukti dari apa yang dialami sang tokoh utama, berikut rekan-rekannya. Selain
itu, Abidah juga selipkan beberapa kisah teladan Rasulullah dan para sahabat
yang cukup relevan dengan kejadian di dalam cerita, dan umumnya relevan dengan
kehidupan nyata juga. Latar tempat yang dipakai begitu menjiwai, khususnya
dalam menggambarkan berbagai sudut dari kota Yogyakarta. Hal ini semakin
menjadikan novel begitu dekat dengan para pembaca didukung deskripsi suasana
yang begitu detail.
Dari rangkaian adegan per adegan dalam tiap babnya,
tergambarkan bahwa imajinasi pembaca begitu dipermainkan dengan berdegup-degup.
Ada masa-masa ketika seakan cerita akan mengalami konflik yang cukup kontras
dan dalam, namun ternyata tidak. Mulai dari awal mula Den Mundu dan Soraya
bertemu, Den Mundu berguru pada Fahmi, Den Mundu mengganti namanya hingga
prosesnya melamar Soraya yang sempat terkendala restu akibat sudut pandang
orangtua Soraya. Ada berbagai dugaan bahwa cerita ini akan berakhir begini
begitu, dan lagi-lagi ternyata tidak sedramatisir itu. Begitulah yang terjadi
di tiap perpindahan adegan di tiap babaknya. Ditambah dengan tidak begitu
dijelaskan perbedaan manakah kalimat langsung dan manakah kalimat tak langsung,
manakah perkataan siapa dan si tokoh ini mengatakan apa.
Pelajaran penting dalam novel inspiratif bertajuk cinta
sejati ini adalah bagaimana seharusnya kita sebagai manusia; hamba Allah mampu
memaknai hidup sebagai karunia terindah. Bagaimana menyalurkan cinta yang
sesungguhtepatnya, dan bagaimana menyaring intisari dari cinta yang telah hadir
tersebut. Meski ending dari cerita ini tidak secara gamblang dijelaskan,
namun memang bukan di situ tujuan dituliskan cerita ini. Biarkan akhir cerita
dapat dirumuskan oleh masing-masing pembaca dengan sekian imajinasi mereka seliar
mungkin. Yang terpenting pesan utama telah tersampaikan melalui serangkaian
keutuhan cerita.
Komentar
Posting Komentar