Indahnya Tulung, Monggo, dan Suwun

Ceritanya saya sedang naik transportasi umum, dari suatu tempat menuju suatu tempat lainnya, sebenarnya ini bukan kali pertama saya melakukan perjalanan ini, karena memang sudah nasib pejalan kaki tulen, kemanapun kaki melangkah, maka saya termasuk pengguna setia transportasi umum, baik dalam kota maupun antar kota.

Pada perjalanan kali ini saya menemukan sesuatu yang baru saja saya sadari, namun sebenarnya sudah lama saya alami. Yakni indahnya sopan santun dalam berkomunikasi, kepada siapapun, jika konteksnya sedang di dalam transportasi umum, maka kondisinya adalah bagaimana tata cara bergaul dengan santun kepada orang yang sama sekali tidak kenal. Apapun profesinya, jenis kelamin, usia, penampilan fisik, dan sebagainya.

Sepersekian menit berlalu, seorang penumpang beranjak dari kursinya, melangkah perlahan menuju pintu keluar kendaraan, sang sopir bertanya,
“mandap pundi buk?” -turun mana buk?- kisaran usia si penumpang antara 40-50 tahun.
“ngajeng niku pak, tolong dirantos nggih, sikil kulo linu” -depan itu pak, tolong ditunggu ya, kaki saya sakit linu-
“nggih” -iya- jawab sopir dengan sopan
Lalu kendaraan pun berhenti, dia benar-benar menunggu sampai si ibu benar-benar menjauh dari badan kendaraan.
Dari tempatnya menepi, si ibu melambaikan tangan sambil tersenyum dan berkata sedikit berteriak,
“Maturnuwun pak nggih” -terimakasih ya pak-

Sejenak aku tertergun, bukan terkesima akan percakapan singkat tersebut, bukan tak pernah tahu percakapan indah itu, tapi aku berpikir, seandainya semua orang di bumi ini, di Negeri ini, di jawa timur ini, di surabaya ini, bertata krama sesopan itu, berbicara seanggun itu, dan peduli pada hal-hal kecil yang istimewa itu, alangkah indahnya manusia hidup bersama, berinteraksi, saling membantu, saling menolong, saling menghormati dan menghargai seperti itu.

Mimpiku menjadikan Negeri bermoral tak main-main saudaraku, mari bangun Indonesia bermartabat.

Komentar

Postingan Populer