Sunrise Track at 2021
Sumber: Pinterest.com |
Masih Melihat Orang Lain
Wah,
dia sudah bisa punya uang banyak. Wah, dia sudah hafal AlQuran. Wah, dia sudah
menikah. Wah, dia sudah punya bisnis. Wah, dia bisa ambil studi di luar negeri.
Wah, dia bisa aktif di komunitas menyuarakan opini kuatnya. Wah, dia bisa jadi
penulis produktif. Wah, dia bisa jadi arsitek sukses. Wah, dia bisa jadi
pengajar yang sangat berdedikasi. Wah, dia bisa produktif banget. Wah, aku
hanya bisa melihat mereka semua.
Ini
satu pukulan penting yang masih terus menghantuiku. Meski aku tahu ini tak baik
untuk kesehatan mental maupun fisikku. Inilah jawaban kenapa belakangan aku sering
merasa sesak napas tak beralasan. Inilah jawaban mengapa aku sering diserang insomnia.
Inilah perkara yang harusnya aku tahu ini salah namun tetap saja kunikmati. Inilah
rasa yang harus terus ditarik ulur, dikekang tali kendalinya, supaya tak lepas.
Kenapa
sih manusia cenderung suka membandingkan capaian dirinya dengan orang lain? Meski
dia sudah tahu itu sama sekali tak ada untungnya untuk dia sendiri. Bagiku,
inilah tantangan manusia sebagai makhluk sosial. Ia punya kewajiban menjalani
hidupnya, memenuhi hak dan kewajibannya. Namun di sisi lain gambaran kehidupan
orang lain terus berlalu-lalang di sekitarnya. Terkadang mereka hanya melintas,
namun tak jarang pula menarik kita untuk masuk sejenak pada kehidupan mereka. Entah
sebagai pemeran antagonis, protagonis, atau hanya sebagai cameo.
Bisa
saja, orang yang kita tatap dengan anggapan demikian macam-macam itu juga mengalami
hal yang sama dengan kita ketika mereka memandang kita. Wow, betapa tersesat
kita dalam kubangan-kubangan prasangka dan praduga tak berkesudahan itu. Yuk,
mari kita akhiri semua ini. Setidaknya meski belum bisa sepenuhnya, paling
tidak ada alarm dan rem yang terus kita pasang di tiap beberapa waktu, terutama
jika sudah terlalu larut.
Capaian
Keindahan
Setelah
dibuat mabuk oleh ekstremnya goncangan dan pacuan roller coaster yang berjalan
di tahun istimewa ini, mari kita menatap yang indah-indah. Di tahun ini aku
mendapatkan banyak keindahan. Aku mendapat banyak teman dan keluarga baru. Dari
mereka aku belajar banyak hal. Pertama di lingkungan keluarga bude, aku mendapatkan
penerimaan setulus-tulusnya. Kalimat beliau di malam perkenalan santri baru itu
seakan menjadi air es yang menyirami sejuk hatiku yang sempat terbakar api kesunyian
dari sebuah definisi keluarga. Ternyata aku diterima dengan baik oleh beliau! Hidupku
berharga!
Selain
itu, aku mendapat amanah mendampingi teman-teman belajar usia SMA khususnya
mereka yang butuh perhatian khusus. Bersama mereka aku tak menempatkan diri
sebagai orang tua apalagi guru. Aku ingin mereka mengenalku sebagai teman atau
kakak yang dapat berangkulan bersama di kala suka dan duka. Bersama mereka aku
punya ruang nostalgia. Bersama mereka aku mendapatkan arti keluarga. Bersama mereka
aku belajar berbagai hal baru, khususnya arti kehidupan.
Anugerah
berikutnya yang tak kalah berarti adalah diterimanya aku dalam sebuah keluarga
hangat. Keluarga komunitas perempuan penulis, Perlima, Perempuan Penulis Padma.
Mereka bagaikan ibu, kakak, sekaligus teman bagiku. Dari berbagai latar belakang,
profesi dan keahlian, aku dapat belajar banyak dari masing-masing mereka maupun
secara utuh kehadiran mereka sebagai peningkatan skill-ku dalam berbagai bidang
tertentu. Khususnya dalam dunia kepenulisan. Bukankah sudah terlalu lama aku terkurung
dalam tempurung? Di sini aku mendapatkan banyak arti baru dalam kehidupan. Bagaimana
kita harus menyikapi sebuah peristiwa dalam hidup. Bagaimana kita harus
mengambil keputusan cepat dan tepat. Bagaimana kita harus menyelesaikan segala
problema dalam alur kehidupan.
Nikmatnya
belajar dalam tahun ini tak berhenti di situ. Aku juga mengambil banyak
pembelajaran hal-hal baru. Dalam bidang literasi, aku mendaftarkan diri pada
berbagai kelas kepenulisan, baik yang kilat maupun berkelanjutan. Di antaranya
yang paling membekas adalah kelas menulis Padmedia. Dengan guru-guru yang
sangat berkompeten, aku dapat mengambil ilmu dan pengalaman sebanyak mungkin
dalam berlatih menulis cerpen. Serunya, Teknik belajar yang dipakai oleh Bunda
Wina dalam kelas ini sangat aplikatif. Maka begitu beruntungnya aku mendapat
kesempatan emas belajar dalam kelas ini. Saat ini kelas materi sudah usai,
namun di sinilah mentalku benar-benar teruji. Yakni mengerjakan tugas akhir
menulis cerpen! Semangat yaa!
Kabar
baik lain, aku masih setia membersamai adik-adik lucu nan menggemaskan di KLiK.
Mereka yang selalu menghiburku dari waktu ke waktu. Meski aku punya tanggungan
besar pada mereka yang selalu kutunda-tunda. Aku kini tak ingin berjanji lagi. Semoga
buku itu segera selesai yaa kesayangan-kesayangan Kak Dina. Love you, All!
Betapa bahagianya aku, tahun ini mereka akhirnya dapat berprestasi lo! Sassa
mendapat juara tiga lomba menulis cerpen, kemudian kemarin juara satu lomba
video permainan tradisional. Betapa kebahagiaan ini begitu obat. Melebihi
ketercapaian diriku sendiri! Ini lo yang asyik dari menjadi seorang pengajar
itu, yakin deh! Selain itu mulai tahun ini juga, aku mendapat amanah menemani adik-adik
di SD Muhammadiyah 11, mereka meski hanya berjumlah lima cewek cantik. Tetapi menghiburnya
tak kalah menyenangkan dibanding yang dari SDN Kertajaya. Baru sekali berjumpa
langsung dalam kesempatan lomba, dan syukurlaah, salah satu dari mereka dapat
juara juga! Betapa tak bersyukurnya jika aku masih tak peduli dengan hal ini!
Tak
hanya itu, di dunia nyata, aku juga mendapat kesempatan belajar bersama bidang
literasi ini bersama adik-adik santri di Darul Ulum. Tepatnya di hari jumat dan
senin. Mereka anak-anak remaja yang jiwanya sedang sangat ranum. Mimpinya begitu
tinggi, tekadnya begitu kuat. Semangat dari mana lagi kudapatkan jika tak dari
mereka? Sudahlah, bukan aku yang mengajari atau memotivasi mereka. Justru mereka
yang memberiku banyak insight baru, menghiburku saat bad mood, menemaniku saat
ku merasa sepi, dan menghargaiku saat aku merasa hilang. Terima kasih, gaes!
Apalah aku tanpamu semua!
Sebagai
seorang santri, satu hal yang membuatku sangat berbahagia dapat bernostalgia
adalah aktivitas Bahtsul Masail. Dengan sangat nekat aku memberanikan diri mengadakan
satu forum besar nan istimewa ini bersama teman-teman belajarku yang special tadi.
Bahkan untuk bekal itu, aku sempatkan mengikuti berbagai pelatihan. Di antaranya
bernama Sekolah Bahtsul Masail. Dari situ, aku semakin merasa tak mampu
apa-apa. Rasanya pengalamanku dulu ketika di pondok tak layak lagi dibanggakan.
Karena sudah begitu jauh kemampuan handal dalam bermusyawarah itu. Namun setelah
kembali mengamati berbagai BM yang ada di pondok-pondok besar dan meminta
dukungan dari Bude dan Mas Ludi, bismillah aku siap untuk memulainya di sini.
Doakan istiqomah yaa.
Satu
hal lagi, dari hobi yang dulu sempat ingin diperdalam. Aku baru saja belajar
banyak tentang foto-foto! Kali ini aku menemukan info tentang belajar memotret
dengan biaya sangat terjangkau. Dan yang terpenting, cukup dengan memakai
ponsel, surga banget nggak tuh! Aku ikut dua kelas, dasar dan middle. Kelas ini
sangat menyenangkan! Aku seperti diingatkan kembali satu hobi di waktu luang
dulu. Selain karena suka mengamati foto keren dan lukisan indah. Bahkan aku
jadi kembali ingat satu keinginan membuat buku dengan isi satu tulisan satu
foto. Saat itu yang menjadi konsentrasiku adalah street photography dan human
interest. Bukankah memotret adalah bagian dari mengabadikan kenangan. Sepertinya bisa tuh kalau kita kembangkan lagi, yuk!
Sahaja!
Halooo, aku ini punya Sahaja lo. Satu kesayangan ini jangan sampai terlupakan. Sahaja
ini umpamanya anak batin yang tak hanya selesai dengan satu kali proses
melahirkan. Bersama Sahaja, aku berkembang, mencari jati diri dan tentunya
terus belajar. Sahaja yang tahu betul kelemahanku dalam menyunting, menulis, kepemimpinan,
keuangan, apalagi pemasaran. Kalau saja Sahaja ini ada wujud orangnya, mungkin
dia sudah menjadi kekasihku. Dia sudah melekat padaku melebihi keluarga, meski kami
baru berumur lima tahun jalan. Dia sudah paham kekuatanku juga tentunya. Bagaimana
riangnya jika aku mendapat pesanan baru. Bagaimana senangnya aku jika pelanggan
lama kembali datang. Bagaimana kalutnya aku jika salah satu klien marah dan
mengumpati kami. Bagaimana terlukanya aku jika terjadi percik-percik pengkhianatan
pada kami. Semua aku hadapi bersamanya, dalam diam dan sunyi. Dalam tertatih-tatih
mencoba untuk terus bertahan. Kuat ya, Sahaja!
Mungkin
ini terakhir, yang akan kutuliskan kali ini. Tentang hal yang saat ini sangat
menjadi konsentrasiku, adalah tentang Perempuan. Sejak masa lalu kelam tak
menyenangkan itu, aku menjadi punya perhatian lebih pada topik besar ini. Terhitung
sejak lulus dari S-1 aku sangat senang mengikuti diskusi atau seminar dengan
tema seputar perempuan. Dulu tajuknya yang sangat terkenal adalah emansipasi. Namun
semakin ke sini, banyak sekali sub tema yang menarik bahkan harus dikulik jika
mengenai satu makhluk unik nan istimewa ini. Akan menjadi pembahasan panjang tak
berkesudahan jika sudah memulainya. Dari kaca mata manapun, di era kapanpun, pembahasan
ini akan selalu mendapatkan tempatnya. Karena berbicara tentang perempuan
artinya membincangkan kemanusiaan. Selamanya kita takkan terlepas dari itu, dalam
kehidupan.
Sepertinya
itu dulu yang bisa kutuliskan, sedikit dari roller coaster di 2021-ku. Mari kita
bersiap menyambut tahun baru dengan hati riang dan lapang dada. Mari kita ukir
cerita-cerita baru yang tak kalah indahnya. Tak perlu menulis banyak resolusi
terlalu muluk, sementara tanggungan-tanggungan terdekat ini yuk dikerjakan, diselesaikan!
I Love You, Myself :*
Komentar
Posting Komentar