Menjadi Santri Selamanya
Di antara sekian panjang proses hidup, bagi saya yang paling panjang dan berharga adalah proses belajar. Menjadi murid adalah status terpanjang yang tidak akan ada batasnya. Di dalam pesantren, kondisi ini menjadi semakin sakral ditambah dengan rasa khidmah yang begitu kuat tertanam. Istilah bagi murid yang ada di pondok pesantren adalah santri. Berasal dari kata sastri dalam bahasa sanskerta berarti pengetahuan atau orang yang sedang belajar. Oleh karena itu gelar santri ini bukanlah main-main. Bukankah dalam Al-Qur’an Allah telah jelas menyebutkan bahwa meninggikan para pencari ilmu dengan beberapa derajat.
Menjadi santri tentu bukanlah hal yang mudah dan hanya dijadikan sebagai kebanggaan saja. Santri memiliki tanggung jawab yang besar. Pertama tentu pada dirinya sendiri, bertanggung jawab menjalankan amanah, taat pada perintah dan menjauhi larangan Allah. Bersikap yang baik dan santun kepada guru, orang tua, keluarga, dan seluruh masyarakat. Pada beberapa daerah yang masih cukup awam, kehadiran sesosok santri merupakan anugerah terbesar bagi wilayah tersebut. Karena sebagaimana diberlakukannya beberapa ibadah bernilai fardhu kifayah, di sinilah keberadaan santri sangat diperlukan.
Dulu di era walisongo, kalangan kaum santri pula yang memiliki peran aktif dan proaktif ketika menghadapi kaum abangan, baik dari rakyat umum atau dari golongan bangsawan. Jadi, jika kita ditakdirkan berkesempatan menjadi santri, maka manfaatkanlah momen tersebut sebaik mungkin. Di hari santri tahun 2019 lalu, Gus Mus menuturkan bahwa santri bukanlah hanya mereka yang bermukim di pondok pesantren, baik tradisional maupun modern. Namun para pelajar yang memegang teguh prinsip santri dan menjalankan sikap-sikap santri maka dia pun juga dianggap santri.
Lalu apa sajakah prinsip santri itu? Terdapat dua tinjauan tentang sikap dan tingkah laku santri jika dilihat dari segi harfiah. Pertama jika dilihat dari bahasa Indonesia. Kata SANTRI terdiri dari 5 aspek sebagai kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang santri.
1. Sholat Jamaah, seorang santri sebisa mungkin tidak boleh meninggalkan sholat jamaah, menurut guru saya, sebenar-benarnya orang merugi adalah orang yang sholat dengan tidak berjamaah, sedangkan dia sudah tahu besarnya pahala tersebut. Ada solusi bagi mereka yang benar-benar tidak menemukan teman untuk berjamaah, yakni disarankan sholat diniati menjadi makmum. Dengan demikian dapat diniati mengimami para malaikat.
2. Akhlakul Karimah, sudah menjadi kewajiban santri adalah senantiasa menjaga diri dengan akhlakul karimah. Karena santri pasti menjadi sorotan di masyarakat. Selain itu ketika di lingkup pesantren, pada siapapun sedang apapun semua sudah diatur dengan perilaku-perilaku yang mulia.
3. Niyabul Masyayikh, ini berarti mengikuti para kyai, para guru. Sebagai seorang santri kepada siapa lagi kita mengekor, jika tidak pada guru-guru kita. Baik yang masih hidup membersamai mendidik kita, atau bahkan yang sudah mendahului kita. Caranya adalah dengan terus mengirimkan beliau semua doa dan hadiah Al-Faatihah setiap waktu, minimal setiap sehabis sholat fardlu 5 waktu. Tentunya kita juga harus mengikuti beliau dalam hal-hal baik yang beliau laksanakan. Dan perlu kita ingat, jangan sekali-kali muncul prasangka buruk dalam hati kita kepada seorang guru.
4. Riyadloh, melaksanakan tirakat, menahan diri dari perkara-perkara duniawi. Melatih diri hidup sesederhana mungkin. Pada pondok-pondok salaf, biasanya ada beberapa santri yang mengamalkan macam-macam riyadloh. Di antaranya ada yang melakukan puasa, menghindari mengonsumsi beberapa makanan tertentu, atau membaca wiridan khusus di waktu-waktu tertentu. Ini tentunya juga menjadi ciri khas kuat seorang santri.
5. Istiqomah, siap menjadi santri berarti siap pula menanggung semua kesulitan dan bersabar atas semua hal yang sudah menjadi kewajiban. Istiqomah merupakan perilaku menegakkan kedisiplinan. Ketika kita sanggup menjaga istiqomah dalam beribadah, berarti kita telah berupaya menjaga kedisiplinan dalam hidup kita.
Sedangkan jika dilihat dari bahasa Arab (pegon), maka terbagi dalam 5 huruf juga, yaitu:
1. (Sin) Saalikun ilal Akhirot : Santri haruslah memiliki tujuan hanya akhirat. Menyadari sepenuhnya bawah tujuan akhir kita hidup di dunia ini adalah untuk kehidupan akhirat. Hidup di dunia ini hanyalah sementara.
2. (Nun) Naaibun ‘anil masyayikh : Kelak santrilah yang menjadi pengganti para guru, para syaikh. Dengan ilmu yang telah dititipkan kepada santri, maka tanggung jawab juga diturunkan kepada mereka. Bersiaplah selalu akan hal itu. Karena ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Sia-sia.
3. (Ta’) Taarikun ‘anil ma’aashi : Meninggalkan maksiat. Di dalam kitab Ta’limul Muta’allim jelas tertulis bahwa salah satu jalan mudahnya memahami ilmu adalah dengan menjaga diri dari berbuat maksiat. Bahkan Imam Syafi’I pernah ditanyai seorang muridnya, mengapa ia selalu merasa kesulitan dalam menghafal (ilmu). Jawaban Imam Syafi’I adalah ilmu hanya akan masuk dan menancap dengan meninggalkan maksiat. Semoga kita senantiasa terjaga dari maksiat. Aaamiin.
4. (Ro’) Rooghibun fil Khoirot : Seorang penuntut ilmu khususnya santri harus selalu gemar berbuat baik. Pasangan dari arti kata sebelumnya, menghindari maksiat tentunya dengan cara memperbanyak melakukan kebaikan. Apapun keadaannya teruslah berbuat baik kepada siapapun dan kapanpun. Tugas kita di dunia ini hanyalah berbuat baik. Tak usah memikirkan apa balasannya dan apa yang akan orang pikirkan pada kita.
5. (Ya’) Yarjus salaamah fid diini wad dunya wal akhiroh : Mengharapkan keselamatan dalam agama, dunia dan akhirat. Hadits Rasul menuturkan bahwa barang siapa menginginkan (kenikmatan) dunia maka dapatkanlah dengan ilmu, barang siapa mengharapkan (keselamatan) akhirat maka dapatkanlah dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan keduanya maka raihlah (juga) dengan ilmu. Ini sudah menjelaskan dengan gamblang. Ingin selamat dalam hal apapun, baik di dunia maupun akhirat, terutama dalam agama, maka jadilah berilmu. Siapa yang mau hidup dalam keadaan buta dan bodoh. ‘Al ‘iyaadzu billah.
Demikian kiranya uraian arti kata santri menurut harfiah. Dengan harapan kita sebagai santri senantiasa tertancap pesan dan karakter ini. Supaya status santri tidak hanya menjadi ajang kebanggaan saja. Namun juga menjaga amanah dan tanggung jawab yang cukup besar dan kuat. Insya Allah jika kita mampu memegang teguh 10 prinsip di atas, maka kita akan senantiasa terjaga menjadi santri. Di manapun dan kapanpun selamanya. Aaamiiin.
#BERSEMADI_HARIKE-14
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
Komentar
Posting Komentar