Diorama Rindu di Bilik Karantina

Masa pandemi ini membuat banyak hal yang tadinya direncanakan menjadi tertangguhkan. Banyak kegiatan yang harus dijadwalkan ulang. Banyak acara yang terpaksa dibatalkan. Jangankan acara-acara non formal atau janjian tidak resmi dengan sahabat dan kerabat. Acara formal sampai sekelas wisuda pun harus dibatalkan. Meski resiko yang diambil pun tidak kecil, tapi semua harus dipustuskan demi kemaslahatan bersama. Hingga jadwal perjalanan alat-alat transportasi pun semuanya harus ditiadakan.

Satu dua hari diberlakukan, yang terbayang sepertinya semua akan baik-baik saja. Sepertinya akan menyenangkan hanya di rumah, tidak perlu kemana-mana. Rencana-rencana mengisi waktu luang sudah mulai tersusun selama tidak bisa ke luar. Namun itu semua menjadi tak ada artinya, ketika rindu telah menyerang. Jika kita bisa mengendalikan rasa suka dan benci pada seseorang. Hal ini tidak berlaku untuk rindu. Kepada rindu, kita tak punya kuasa untuk mengendalikannya.

Ada beberapa macam rindu yang berpotensi muncul di situasi semacam ini. Di sini saya mencoba memaparkan pembagiannya menurut pengamatan dan pengalaman yang ada di sekeliling. Berikut secuplik uraiannya:
1. Rindu anak kepada orang tua
Rindu ini berlaku bagi para anak yang dihadapkan situasi sedang berjauhan dari orang tua. Baik bagi anak yang sudah dewasa, mandiri, atau berumah tangga sendiri. Ataupun anak yang sedang hidup di perantauan, entah di pesantren atau kos di daerah yang jauh dari sang orang tua. Rindu ini terasa alami dan tanpa direkayasa. Cara mengatasinya pun ada beraneka ragam. Jika mengharapkan komunikasi intens bisa dengan video call setiap hari beberapa kali. Jika menginginkan memberi persembahan yang berkesan dapat melalui kiriman paket yang dibuat surprise. Jika memang ingin benar-benar bertemu maka coba mencari solusi sebaik mungkin dengan mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan diri dan orang tua. Jika semua itu masih belum mampu mengobati rindu, maka janganlah berhenti mendoakan mereka.

2. Rindu kepada pasangan
Di dunia ini, situasi karantina sebagian besar memberi dampak negatif pada umat manusia. Dan tidak semua orang ditakdirkan dalam kondisi yang baik-baik saja ketika datang wabah yang tak diundang ini. Di antara yang terkena imbasnya dengan prihatin adalah sepasang suami istri yang tengah terpisah. Mereka pun harus berkomunikasi jarak jauh. Apakah video call cukup mengobati rindu? Tentu tidak. Lalu bagaimana jika benar-benar tidak memungkinkan bertemu secara fisik? Maka berkirim kabar setiap waktu mungkin dapat menjadi solusi sederhana untuk menjaga hubungan tetap aman dan saling mempercayai. Perkuat prasangka baik dan tidak berhenti berdoa untuk kebaikan, kesehatan dan kelancaran aktivitasnya di manapun berada.

3. Rindu kepada teman dan sahabat
Biasanya kita akan dengan mudah menghubungi sahabat, berkirim pesan untuk bertemu. Ngopi bareng, ngobrol ngalor ngidul, sampai larut malam. Esoknya pun bertemu lagi, berjumpa bercerita lagi. Tanpa bosan tanpa kehabisan pembahasan. Biasanya tanpa rencana kita sudah semeja dengan teman di depan kopi panas dan kudapan gurih mengabiskan waktu berbagi kabar bercanda ria. Namun kini itu semua harus ditahan, dikendalikan, bersabar. Solusi untuk rindu ini bisa dengan cara menanyakan kabar sesekali waktu dengan hati tulus. Tidak perlu terlalu intens berlebihan karena mungkin mereka juga butuh ruang untuk diri sendiri. Jangan pula dalam berkirim pesan menggunakan bahasa template dari hari ke hari atau dari orang ke orang. Lakukanlah mengawali membuka komunikasi tanpa menunggu kita membutuhkan dia karena suatu hal. Baik dengan melalui chat WhatsApp, telepon, atau video call, semua harus dilandasi dengan rasa sayang yang tulus. Ini membuktikan murninya rindu kita. Biasanya saat diberi kesempatan berbincang, sampai berjam-jam pun kita enggan mengakhiri. Hal ini karena kebiasaan kita saat bertemu pun menghabiskan waktu yang sangat lama.

4. Rindu kepada guru
Masa karantina ini tidak hanya menghambat interaksi sosial kita, namun juga proses pendidikan kita. Karena aturan belajar dari rumah harus ditaati, maka otomatis kesempatan bertemu kita dengan guru pun terkurangi. Rindu yang teramat mendalam bagi saya adalah rindu ini. Rindu pada orang yang mendidik ruh kita, jiwa kita. Biasanya kita dapat bertemu beliau, menatap wajah beliau, berinteraksi dengan beliau, mendapat nasehat-nasehat yang meneduhkan, seperti disirami air yang sangat sejuk. Namun situasi saat ini membuat itu semua terhalangi. Meski demikian, jangan dulu bersedih, kini teknologi telah menjadi penghubung rindu ini. Beberapa dari guru kita melaksanakan pembelajaran atau pengajian secara online. Dengan demikian kita masih bisa terus mengikuti pemaparan ilmu dari beliau, mendapatkan berkah dari ilmu beliau, dan yang terpenting masih terus mendapatkan nasehat beliau. Ini menjadikan hati kita tidak keras. Mendoakan beliau juga merupakan kunci utama dari kesuksesan kita menjalani hidup.

Demikian kiranya secuil pembagian rindu jika dipandang dari objeknya. Lain kali mungkin bisa kita bahas pembagian rindu jika dilihat dari sifat atau ciri-cirinya. Selamat menikmati ibadah rindu.

#BERSEMADI_HARIKE-10
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya

Komentar

Postingan Populer