Corona; Hadiah dari Allah untuk Kita
Pernahkah kita merenung? Sudah lumayan lo ini karantina. Kerja di rumah, belajar di rumah, kuliah di rumah, bahkan belanja pun dari rumah. Bukankah ini jadi satu kenikmatan terbesar dari Allah untuk kita umat manusia. Di dalam Al-Qur’an telah jelas diterangkan bahwa kepada anugerah, nikmat dan pemberian dari Allah takkan mampu kita menghitungnya. Lalu jika terjadi musibah seperti ini apa yang akan ada di pikiran kita?
Masih terus saja cari celah untuk mengeluh? Masih saja mencari alasan untuk merasa berat dengan segala yang datang? Lebih parah lagi malah menyalahkan oknum atau orang lain dengan datangnya wabah ini. Betapa kurang ajarnya ya kita ini. Bukannya intropeksi diri, kira-kira apa saja yang sudah kita perbuat, malah semakin menambah rentang jarak kita dengan Allah. Bukannya bertaubat atas semua dosa dan khilaf kita selama ini, malah menambah catatan kelam kita di akhirat. Na’udzu billahi min syarri dzalik.
Jadi, ayuk kita bersama-sama memperbaiki diri dengan banyak-banyak bersyukur. Seharusnya di masa seperti ini, kita semakin memperbanyak mendekat kepada Sang Pencipta. Apalagi di bulan istimewa ini, betapa meruginya kita melewatkan waktu dengan sia-sia. Malam ini masuk malam ke-21 Ramadhan, mulai masuk waktu-waktu paling berharga. Waktu di mana hamba diberi tiket istimewa untuk mendekat pada Allah. Waktu-waktu banyak pahala berderaian namun nafsu pun semakin liar dan sulit ditaklukkan.
Ayuk kita mulai apa saja hadiah dari Allah berkat adanya Corona datang:
1. Membatasi diri dari keluar rumah membuat kulit kita lebih sehat, putih dan terjaga. Betul kan? Persediaan sunscreen dan sunblock kita jadi aman. Make up pun mengalami penurunan pemakaian. Apalagi untuk orang-orang seperti aku yang jarang sekali ber-make up selain karena keluar rumah.
2. Lebih banyak di rumah saja membuat kita menahan diri dari berfoya-foya. Meski ini tidak lagi berlaku jika keranjang shopee atau tokopedia kita masih terus terisi dan check out. Setidaknya kita mengurangi langkah kaki kita ke mall-mall dan cafe-cafe untuk sekadar nongkrong, ketemu sahabat atau menghabiskan waktu sambil nge-charge HP dan numpang WiFi.
3. Corona menjadikan hubungan kita dengan keluarga dan saudara dekat semakin erat. Bagaimana tidak? Dari bangun tidur hingga malam mata kembali terpejam, hanya orang-orang itu saja yang kita temui, kita berinteraksi dan kita sama-sama beraktivitas. Mungkin yang tadinya ada beberapa perselisihan dapat menjadi solusi. Mungkin yang tadinya kurang akrab, menjadi saling memahami. Di dalam keluarga menjadi semakin harmoni, saling menolong dan membantu dalam berbagai hal. Mulai bidang-bidang domestik, hingga urusan dengan luar.
4. Dengan maraknya belajar di rumah saja, semakin banyak jalan dan peluang kita untuk belajar. Pakai apa saja lewat mana saja. Jaringan internet begitu luas semakin mempermudah proses belajar apapun. Bagi yang semakin meningkatkan skill memasak, di instagram maupun youtube tersaji ribuan resep berkeliaran saling menggoda untuk dicoba. Bagi yang ingin mencoba ilmu baru tentang konten kreatif juga memiliki wadah yang tak terbatas untuk mengasah bakatnya. Setiap sore, bisa dipastikan di beranda instagram, youtube, facebook atau media sosial lainnya berlomba banyak akun menampilkan siaran langsung tentang topik apapun.
5. Wabah ini mungkin terlihat oleh kasat mata merugikan kita dalam aspek ekonomi secara global. Namun sebenarnya jika kita kembali pada kesadaran mendasar kita sebagai manusia yang tahu diri, kejadian ini membuat ekonomi kita terbantu tertata. Setidaknya jika kita mampu mengorganisir pengeluaran dan pemasukan dengan baik.
6. Masih ingin mencari hal-hal yang patut disyukuri. Tapi kita sudah merasa kehabisan? Astaghfirullahal ‘adzim. Inilah kita, inilah manusia. Terlalu banyak berleha-leha, terbiasa dengan nikmat yang tak terkira, setiap waktu, tanpa syarat dan cuma-cuma. Giliran hanya dititipi setitik makhluk bernama virus itu sudah kemana-mana pengaduan dan keluhannya. Hal yang paling penting yang mungkin lupa kita syukuri adalah sampai detik ini kita masih diberi nikmat hidup, nikmat napas, nikmat iman, nikmat sehat. Coba kita bercermin, lihatlah satu per satu anggota tubuh kita. Apakah mereka bekerja dengan baik? Apakah mereka melakukan aktivitas sebagaimana mestinya? Itulah kenikmatan utama. Bagai gajah di pelupuk mata tak terlihat.
Mari kita tingkatkan iman dan takwa kita, dengan senantiasa bersyukur, bersabar, dan terus memohon ampun kepada Allah atas semua yang telah kita perbuat. Sama sekali tak ada bandingannya meski seujung kuku pun antara kenikmatan yang kita dapat, hadiah dari Allah dengan apa yang telah kita perbuat pada-Nya. Laa Haula wa Laa Quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzim’.
#BERSEMADI_HARIKE-13
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
Komentar
Posting Komentar