Februari ke 26
Wahai aku, selamat yaa. Selamat menyambut bulan februari. Bulan kesayanganmu. Bulan favoritmu. Bulan yang selalu membuatmu tersipu. Bukan hanya bulan yang membuatmu bahagia. Namun juga bulan yang memberikanmu banyak rasa. Tahun ini tahun 2020. angka yang cantik. Karena lagi-lagi ada angka dua di sana. Tiada lain karena dua adalah inisial bulanmu. Setiap kali menyambut pergantian tahun, kamu pasti berdebar. Karena awal tahun begitu dekat dengan bulanmu. Itulah yang kurasakan saat menyambut bulanmu datang.
Tak terasa tahun ini sudah 26 tahun kau hidup. Kau terlahir, kau tumbuh dan berkembang, kau jatuh dan bangun lagi, kau menangis dan tertawa, kau terdiam dan berteriak, kau melakukan segala hal dengan sangat baik. 26 itu bukan angka yang kecil. Sudah lebih setahun dari seperempat abad kau ada di dunia. Tapi dia juga bukan angka yang besar. Karena tak ada batas, tak terhingga bilangan angka di muka bumi. Meski begitu, 26 tahun ini adalah capaian terbaikmu. Jadi, berbahagialah.
Wahai aku, pertama, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Terima kasih telah bertahan sampai sejauh ini. Terima kasih telah menerima diri ini apa adanya. Terima kasih telah berjuang sekuat tenaga. Terima kasih telah meluangkan malam-malam panjang untuk berbagi air mata. Terima kasih telah mencintai diri sendiri. Terima kasih telah menerima orang-orang di sekeliling. Terima kasih telah selalu sedia mencintai dan menyayangi orang-orang terkasih. Terima kasih telah bermuka manis pada setiap orang yang kau temui. Terima kasih telah berprasangka baik pada semua orang. Terima kasih telah menahan tidak berkata kotor atas situasi seburuk apapun. Terima kasih telah menyimpan aib besar yang hanya kau yang menanggungnya.
Terima kasih telah ada selalu untukku. Di sepi dan ramaiku. Di sendiri dan kebersamaanku. Di hening dan hiruk pikukku. Terima kasih atas semuanya. Terima kasih telah mudah terbangun di dini hari meski belum rutin setiap waktu. Terima kasih telah sigap mengingatkan saat kewajiban menghadap Tuhan tiba waktunya. Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk sejenak rehat dari segala aktivitas yang melelahkan. Terima kasih telah setia menemani setiap hari menjalankan kegiatan yang tak kunjung henti. Terima kasih telah kuat mendampingi telinga mendengar segala hal dari sekitarmu. Positif maupun negatif. Terima kasih telah terus menguatkan diri melatih lisan untuk berkata yang baik-baik dan menahan dari yang buruk. Terima kasih untuk sering menahan diri dari mengumpat. Terima kasih telah seringkali mengingatkan diri untuk terus berbuat baik pada semua orang. Meski ada dari mereka yang tidak.
Terima kasih atas kepala yang kuat meski seringkali menahan pusing melanda secara tiba-tiba. Terima kasih atas otak yang terus bekerja berputar untuk memikirkan banyak hal. Terima kasih atas wajah yang mengupayakan senyum dan raut muka terbaik tersaji di depan orang lain. Terima kasih atas mata yang memanjakan diri untuk melihat keindahan dan menahan diri dari menatap keburukan. Terima kasih atas hidung yang setia mencium aroma lezat maupun muak dengan sukarela. Terima kasih mulut telah bersabar dengan beberapa kudapan yang mungkin kurang berkenan. Sekaligus pada sajian yang lezat, terima kasih telah menikmatinya dengan sungguh-sungguh.
Terima kasih pada bahu yang senantiasa kokoh menopang sekian banyak beban kehidupan. Terima kasih atas tangan yang setia menuruti apapun yang ingin kulakukan. Terima kasih pada dada yang selalu diupayakan lapang menerima apapun kondisi dan situasi. Terima kasih pada jantung yang menemani meniti denyut kehidupan. Terima kasih pada perut yang setia menerima dan mengolah apapun yang kumasukkan. Terima kasih kaki telah mengantarkan ke manapun aku melaju tanpa ragu tanpa keluh. Terima kasih hati telah bersabar atas segala hal yang terjadi. Siang malam, dari waktu ke waktu, kau kurasakan semakin kuat, semakin hebat, dan semakin bermartabat.
Puluhan tahun telah berlalu. Banyak sekali hal yang telah kita lalui. Masa kecil yang menyenangkan bersama teman dan keluarga. Masa remaja yang diberkati oleh semangat mencari ilmu dalam rengkuhan guru. Masa sulit karena harus ditinggalkan ibunda tercinta. Masa rumit oleh adaptasi keadaan keluarga kecil yang baru sekaligus lain. Masa dewasa yang disambut dengan kejadian-kejadian mengejutkan. Masa transisi pertemuan dengan beberapa lelaki yang beragam jenisnya. Kau telah berhasil lalui itu semua.
Maafkan aku yang dulu. Yang sering berbuat salah dan khilaf. Yang mudah terpuruk dan terjatuh. Maafkan aku selalu cengeng menghadapi masalah apapun. Maafkan aku masih sering sebel sama orang lain yang tak sependapat. Maafkan aku masih suka keras kepala memaksakan pendapat. Maafkan aku sering tak peduli dengan urusan orang lain. Maafkan aku masih suka marah tak jelas. Maafkan aku suka menangis tanpa alasan tertentu. Maafkan aku pernah patah hati. Maafkan aku pernah terlalu sayang dengan orang. Maafkan aku sempat merasa putus asa karena suatu cobaan.
Aku hanya ingin meyakinkan, sekali lagi. Kau tidaklah sendiri. Ada aku yang menemanimu. Oleh karena itu, jangan pernah menyerah. Dalam menjalani hidup, dalam menghadapi manusia, dalam melalui takdir Tuhan. Kau pasti bisa. Apapun yang terjadi, kau harus terus melangkah. Adapun ada suara-suara meniup kebencian, itu adalah kerikil kecil. Kau pasti bisa melewatinya. Jika ada orang-orang yang ingin menumbangkan, jangan hiraukan. Kembalilah pada tujuanmu. Kau pasti bisa. Aku ada di sana menunggumu. Kau pasti datang.
Masa-masa sulit telah berlalu. Disakiti. Dicampakkan. Diabaikan. Dibuang. Itu semua telah usai. Kini kamu sudah dewasa. Kamu bisa meyakinkan diri sendiri bahwa kamu bisa. Kamu tak perlu khawatir lagi. Ada aku yang akan setia menemani. Aku tidak akan pergi. Karena aku ada dalam dirimu. Lihatlah di luar sana. Banyak sekali orang yang mencintaimu. Mereka semua menyayangimu. Mereka semua tak henti memperhatikanmu. Kamu masih ingat hari bahagiamu? Bahkan mereka tak peduli itu. Mereka hanya ingin kamu bahagia. Kapanpun di manapun bagaiamanapun keadaannya.
Masih ingin bukti? Lihatlah hadiah-hadiah indah dari mereka semua untukmu. Masih kurang itu semua? Masih ingat waktu yang mereka luangkan untukmu? Masih ingat telinga yang mereka sediakan untuk mendengar keluh kesah ceritamu? Masih ingat bahu yang mereka sodorkan untukmu bersandar? Masih ingat badan yang mereka pasang untuk kau peluk? Kau harusnya bersyukur. Mereka semua dikirim Tuhan untuk mengisi hidupmu. Kau tak sendiri. Kau berhak bahagia.
Jika masih kau berpikir tentang orang-orang yang membencimu, maka waktumu akan terbuang sia-sia. Ayo sekarang fokus pada apa yang ingin kau raih. Berdiri tegap dan tersenyum menatap ke muka. Di sana orang-orang tersayang telah setia mendampingimu. Maka orang yang mencibirmu, tinggalkan saja di belakang. Karena ia tak akan peduli denganmu. Kamu hanya boleh peduli pada dirimu sendiri saja. Bahagiakan dirimu. Jadilah dirimu berarti, setidaknya untuk hidupmu sendiri.
Komentar
Posting Komentar