Di Balik Melankoli NKCTHI
Angga Dwimas Sasongko adalah seorang sutradara muda yang tengah melejit karirnya di bumi perfilman nusantara. Salah satu buah karyanya di akhir tahun 2019 ini adalah Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, sempat membuat gempar para penonton setia film-film Indonesia. Khususnya yang bergenre drama keluarga. Film ini sangat cocok disaksikan oleh semua masyarakat dari berbagai macam usia. Angga sebagai CEO Visinema Picture begitu cerdas memilih topik yang begitu hangat dan melekat pada seluruh orang. Sehingga film ini berhasil menempati sudut paling menyentuh pada hati para penonton.
Sebagai seseorang yang mengikuti karya-karya fenomenal Angga Sasongko, saya mengakui film ini cukup sukses menggaet perhatian masyarakat. Dalam satu minggu penayangan sudah mendapatkan satu juta penonton. Dalam satu bulan penayangan sudah total ditonton 2 juta pasang mata di bioskop. Ini merupakan prestasi gemilang yang dicapai pasangan duet sutradara dan produser Angga dan Anggia ini. Jika dilihat ke belakang, sejak awal memulai karir di dunia perfilman, sutradara yang tengah mencapai 35 tahun berkaryanya ini memang kerap mengangkat tema keluarga dalam karyanya.
Dari film berdurasi 120 menit ini, saya mengambil beberapa kesan dan mungkin bisa juga diserap sebagai pesan oleh para penonton. Tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengendapkan cerita ini pada benak kita, jika ingin diambil inti sari pesan moralnya. Karena topik keluarga juga merupakan topik yang sangat sensitif untuk dinilai menurut sudut pandang masing-masing orang.
Sedih dan Bahagia Sewajarnya
Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini menempatkan klimaksnya pada konflik internal sebuah keluarga. Dimana sang ayah bersikap seolah-olah ingin melindungi istri dan anak-anaknya, sedangkan yang terjadi justru bom waktu akan meledak jika telah tiba waktunya. Dan meledaknya bom waktu tersebutlah terkuak kalimat dari si sulung, bahwa bagaimana bisa merasakan bahagia jika sedih saja tak punya.
Bukankah dalam hidup ini segala sesuatu diciptakan berpasangan. Ada perempuan dan laki-laki, ada siang dan malam, ada sedih maka ada pula bahagia. Maka memperlakukan dan mendalaminya pun sebisa mungkin tidak berat sebelah. Karena akan mengakibatkan rasa sesak dalam perasaan. Semakin ia ditahan semakin ia terdesak. Bukannya semakin hilang, namun yang ada semakin meradang. Dan terimalah kedua situasi tersebut dengan lapang dada dan sewajarnya. Karena semua itu merupakan keniscayaan.
Anak Sulung: Laki-laki dan Perempuan Sama Saja
Dalam keluarga, seringkali kita mengenal hierarki, atau pohon kekuasaan, atau alur kekuatan. Entah budaya di negara Indonesia atau benua Asia yang menjadikan semua batasan-batasan itu ada. Namun dalam agama memang ada anjuran untuk itu. Kita diberi arahan bagaimana memperlakukan ayah sebagai orang tua yang memberi kita nafkah. Kepada ibu sebagai orang tua yang melahirkan kita. Kepada kakak yang lebih tua usianya dari kita dan kepada adik yang lebih muda dari kita. Namun terlepas dari realitas sosial tersebut, sejatinya seorang manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk hidup di muka bumi ini. Dalam status dan kondisi apa dia dilahirkan di dunia, itu sama sekali di luar kendali dan keinginan kita.
Jika kita melihat kenyataan di keluarga kebanyakan di negara ini, maka akan muncul berbagai kebiasaan-kebiasaan yang khas ‘timur’ banget. Contohnya doktrin orang tua untuk mengarahkan anak dalam jenjang pendidikan, karir, perjodohan hingga masa depan dan cita-cita. Lalu bagaimana peran si anak sulung yang harus mengemban beban begitu besar atas kelangsungan hidup adik-adiknya. Dan posisi si bungsu yang identik dengan manja dan tidak punya pilihan.
Bukankah ini secara tidak langsung mendiskriminasi hak dan kewajiban manusia untuk hidup bebas? Karena pada dasarnya, baik sulung tengah maupun bungsu, baik laki-laki dan perempuan, semua punya hak, kewajiban dan tanggung jawab yang sama. Atas dirinya masing-masing, tidak orang lain, meskipun orang tua dan saudara kandungnya.
Setiap Ayah Punya Cara Sendiri
Sebagaimana yang telah terurai di atas, bahwa paradigma hierarki dalam keluarga memang hanya berlaku pada negara-negara bagian Asia, khususnya Indonesia. Begitu juga kekuatan besar seorang ayah. Dalam pandangan mayoritas masyarakat negeri ini, ayah adalah seorang laki-laki yang memiliki kekuatan penuh. Dialah yang mencari nafkah. Dialah yang bertanggungjawab atas kesejahteraan keluarga. Bahkan dia pula yang bertanggungjawab atas kebahagiaan seluruh anggota keluarganya.
Sehingga, ini menjadi beban yang sangat berat untuknya. Dia akan melakukan segala cara demi terlihat sempurna di mata istri dan anak-anaknya. Sedangkan pada kenyataannya, ayah adalah manusia. Ia punya hati untuk berhak merasa sakit dan sedih. Ia juga punya naluri untuk sekali waktu menikmati kebahagiaan. Ia adalah sosok yang sepertinya dituntut untuk selalu jantan dan tahan banting.
Oleh karena itu, pada kondisi keluarga yang kurang memiliki komunikasi terbuka pada antar anggotanya, biasanya sosok seorang ayah ini dipertaruhkan. Akankah dia menjadi garang serupa harimau yang berkuasa di raja hutan. Ataukah dia bersinar menjadi matahari yang dengan sukarela menerangi seluruh alam. Masing-masing ayah punya cara sendiri untuk bersikap. Untuk menunjukkan perasaannya. Untuk menjadi versi terbaik dari dirinya. Untuk menjadi laki-laki seutuhnya.
Setiap Keluarga Punya Sisi Gelap
Keluarga adalah lingkungan terdalam pada seseorang setelah dirinya sendiri. Karena saat ia terlahir ke dunia, umumnya keluarga yang menemuinya pertama kali. Setidaknya ibu yang melahirkannya. Maka tidak salah jika seringkali disimpulkan bahwa yang membentuk karakter seorang anak adalah paling utama keluarganya. Minimal kedua orangtuanya. Namun apakah semua keluarga di atas bumi ini begitu sempurna? Tentu tidak. Atau apakah semua keluarga di dunia ini tidak sempurna? Sepertinya sementara ini bisa disimpulkan demikian. Karena saya belum melakukan survey lebih detail.
Keluarga merupakan sekumpulan manusia dengan ego yang berbeda-beda. Tentu membutuhkan waktu dan ruang untuk menaikturunkan ego mereka demi memahami yang lain. Begitu juga yang terjadi pada keluarga di film NKCTHI ini. Ada beberapa keinginan dalam hati anggota keluarga yang tidak diketahui anggota lainnya. Dan itu ketika semakin dipendam maka bukan berarti semakin tenggelam, namun justru makin memupuk dendam. Sisi gelap pada keluarga bisa banyak dan beragam sekali bentuknya. Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan ujiannya, tentu juga diberi celah dan petunjuk pada mereka untuk menyelesaikannya. Begitu juga jika manusia berkelompok, paling kecil dalam lingkar keluarga.
Ada saja permasalahan yang timbul di tiap-tiap keluarga di muka bumi ini. Baik konflik lahir maupun batin, internal maupun eksternal, kecil maupun besar, cepat diredam atau sulit. Dan banyak sekali lainnya. Begitulah keluarga, seberapa besar dan mengerikan masalah yang ada di sana, kita tidak akan bisa lari dari mereka. Karena merekalah lingkar paling kecil kita. Tentunya setelah diri kita sendiri.
Krisis Kepercayaan Diri; Bertanggungjawab atas diri sendiri
Ada pesan penting dalam film bergenre drama ini yang mungkin banyak dekat dengan kehidupan remaja dan anak muda saat ini. Pesan ini dekat dengan isu mental healing yang kerap mencuat belakangan. Meski tanpa disadari ini sebenarnya terjadi pada banyak orang sejak dulu. Ketika kita sedang bahagia, nyaman dengan seseorang, tanpa sadar kita merasa orang tersebut yang membuat kita bahagia. Orang tersebut penyebab kebahagiaan kita. Lebih tragisnya lagi kita menganggap orang tersebut sumber kebahagiaan kita. Ini merupakan mindset yang perlu diperbaiki.
Kehadiran seseorang dalam kehidupan kita sejatinya tidak memberikan pengaruh besar pada diri kita. Selama kita telah selesai dengan diri kita sendiri. Sehingga ketika suatu saat terjadi pada diri kita, kita tidak akan menyalahkan siapapun. Kita akan mengembalikannya pada evaluasi diri. Evaluasi diri bukan berarti menyalahkan diri sendiri. Tetapi lebih memahami diri sendiri. Kita harus mengetahui apa kelebihan dan kekurangan kita. Kita harus menemukan solusi atas permasalahan yang kita hadapi. Singkatnya kita berlatih dewasa dan bijak dalam situasi dan kondisi apapun. Baik dengan atau tidak bersama orang lain.
Gagal Bukan Akhir dari Segalanya
Setiap orang punya kehidupan yang berbeda-beda. Pun juga permasalahan yang berbeda-beda. Masalah yang sama saja penyelesaiannya bisa beragam, apalagi permasalahan yang berbeda. Dalam perjalanan kehidupan, akan banyak hal yang kita lalui. Tidak melulu perjalanan hidup selalu lancar. Ada kalanya bertemu aral kerikil di tengah-tengah. Baik konflik dalam diri sendiri maupun dengan orang lain. Dalam proses meraih mimpi pun juga tidak selamanya mulus. Ada kalanya kita mentok atau dihadapkan satu dua kendala. Perlu diingat ketika dipertemukan situasi tersebut bukan berarti dunia runtuh, bumi berhenti berputar, segalanya berakhir.
Kegagalan itu keniscayaan. Maka jangan ditakuti. Begitu pula dengan permasalahan. Kita memang tidak bisa lari dari masalah. Dia akan terus menempel pada diri kita. Maka, jangan benci dia, rangkul dia sebagai bagian hidup kita. Kelak jika kesuksesan pada akhirnya menyongsong kita, kegagalan tadi adalah bagian terpenting dari perjalanan kita. Karena dari pengalaman tersebut kita mengenal kata jatuh, terpuruk dan tentunya belajar untuk bangkit lagi. Karena gagal bukan akhir dari segalanya. Bisa jadi ia awal dari langkah kita yang baru.
Ibu adalah pusat dunia
Dalam film keluarga, sejauh yang saya amati, ibu masih menempati rangking tertinggi sebagai kisah paling menyentuh. Rasanya tidak ada kata yang mampu untuk menggambarkan lebih banyak lagi jika sudah berbicara tentang seorang ibu. Baik dari cerita rakyat nusantara maupun mancanegara, ibu mendapat tempat tertinggi di hati pembaca. Ibu memang sosok paling kaya. Ia mampu menjadi sosok paling tegar, sekaligus paling tegas. Ia menjadi sosok paling dirindukan sekaligus dielukan. Ia menjadi sosok tak terbantah. Hadirnya saja memberi arti pada berbagai aspek kehidupan sekaligus.
Begitu pula yang tersaji pada film yang berangkat dari buku karya Marchella FP ini. Ibu pada cerita ini menempati penokohan yang di awal cukup misterius namun sangat ‘kaya’. Perannya begitu kuat dan pusat untuk mengungkap permasalahan besar dan utama dalam keluarganya. Mungkin dia memang yang paling tersakiti. Namun dia pula yang mampu menyelesaikan konflik besar yang meninggalkan luka terdalam pada anak-anaknya. Memang ibu adalah malaikat. Ia menjadi kunci komunikasi antar anggota keluarganya. Betapa runyam peramsalahan dalam keluarga jika tidak ada sosok ibu di sana. Atau ibu di sana justru tidak memenuhi sosok yang seharusnya diperankan oleh seorang ibu pada semestinya. Maka entahlah apa yang terjadi.
Tidak semua masalah keluarga berakhir seperti keluarga NKCTHI
Ketika menonton sebuah film atau membaca buku yang mellow dan berpotensi melahirkan baper, maka pasti paling dekat yang kita bayangkan adalah diri kita sendiri. Jika ini film keluarga maka paling dekat yang terbayang adalah keuarga kita sendiri. Nah, sekadar mengingatkan aja sih, ingat, ini film sepenuhnya fiksi. Meski saya percaya ada sedikit banyak pengalaman nyata yang dijadikan bahan oleh mas Angga selaku ‘ayah’ untuk meramunya. Jadi, jangan jadikan film ini sebagai patokan dalam mengukur permasalahan dalam keluarga kita.
Mungkin, melalui film ini beberapa keluarga menjadi lebih hangat atau kembali hangat. Namun bagi kalian yang merasa film ini terlalu jauh dengan permasalahan nyata di keluarga kalian, jangan berkecil hati. Karena semua permasalahan dalam keluarga tidak selamanya bisa diselesaikan dengan cara serupa. Bagi kalian yang mungkin juga sedang mengalami permasalahan serupa dengan cerita di film ini, juga jangan terburu mengambil langkah serupa dengan para anggota keluarga Narendra. Karena banyak faktor lain yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan masing-masing keluarga.
Pada akhirnya, setiap karya akan menemukan penikmatnya sendiri. Harapan besar para penciptanya tentu semoga film ini mampu memberi manfaat pada kehidupan para penonton, terlebih dalam menyelesaikan masalah keluarganya. Semoga film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini senantiasa menempati hati terdalam para penggemarnya. Jaya terus industri film Indonesia! Jaya selalu Visinema Picture! Jaya terus mas Angga Sasongko! :)
Komentar
Posting Komentar