Langit Fez Saksi Cinta Reem
Mendengar nama negaranya sudah
membuat imajinasi melayang-layang. Cerita 1001 malam membayang, tarian putra
putri raja timur tengah memenuhi isi kepala. Maroko, suatu negara kecil di
benua asia bagian timur tengah yang begitu indah. Gambaran cerita-cerita para
sultan terdahulu semakin melengkapi keindahan negara yang terlalu besar tapi
dilengkapi lansekap geografis dan panorama alam yang masih perawan. Bentangan
gurun sahara dan coakan gua yang muncul di beberapa titik dari pegunungan dan
gurun bagaikan selimut tuan putri yang begitu anggun menggelantung.
Reem, nama gadis dalam kisah berlatar
negeri Maroko ini. Seorang perempuan cantik, berdarah campuran palestina dan
Indonesia yang semenjak kecil dan tumbuh di Maroko. Umminya berasal dari
Indonesia sedang babahnya warga asli palestina. Abbanya seorang dokter bedah
yang mendedikasikan diri di perbatasan Gaza. Mengabdikan dirinya untuk membantu
para korban kebiadaban Israel.
Reem terlahir dari keluarga yang
sempurna, penuh cinta, kemudian perjalanan masa mudanya diliputi dengan penuh
perjuangan, sakit dan luka. Umminya telah gugur semenjak dia masih belia. Kehilangan
dan kematian merupakan hal yang begitu dekat dengannya. Setia memeluknya setiap
waktu, tanpa permisi tanpa kecuali. Begitu matang pemikiran seorang Reem belia,
di dunia yang begitu ia khidmati pemaknaannya. Ia tumbuh menjadi wanita yang
penuh dengan sopan santun, keindahan budi pekerti, dan kecerdasan akal logika.
Begitulah yang membuatnya menjadi permata di antara teman-temannya.
Kecintaannya pada puisi dan prosa
merupakan hasil dari kepekaannya pada perasaan dan kondisi di sekitar dirinya.
Geraknya begitu leluasa dalam membela umat dan niat mulia hatinya dalam
menyelamatkan anak-anak membuatnya semakin tumbuh istimewa. Di suatu kesempatan
saat dia mengikuti aksi sosial pembelaan warga palestina, ia membacakan puisi
indahnya yang begitu menyentuh. Tak diduga, rupanya seorang pelajar dari
Indonesia tengah menyimaknya dengan seksama. Hingga berujung kekaguman pada
pandangan paertama. Kasim, namanya.
Kasim seorang pelajar cerdas dari
Indonesia. Perantauannya di Maroko murni sebagai proses perjalanannya dalam
menuntut ilmu. Konsentrasinya di bidang sejarah dan peradaban negara-negara
timur tengah membuatnya harus menjelajahi seluruh isi negara sekaligus seluk
beluk pergerakan di dalamnya. Takdir mempertemukan Kasim dengan Reem pada
sebuah terik aksi sosial di lapangan kota. Sejak itulah Kasim bertekad
menelusuri siapakah si perempuan misterius yang begitu menarik hatinya.
Waktu terus berlalu, takdir bersambut
baik. Keduanya pun berkenalan, berlanjut pertemuan demi pertemuan. Percakapan
demi perasaan. Perjalanan demi perjanjian. Hingga akhirnya hati keduanya
bertaut. Meski tanpa menyampaikan isi hati, keduanya telah merasakan dan tanpa
sengaja juga menunjukkan apa yang terbersit di dalam hati mereka. Reem dengan
bersemangat mengantar Kasim mengunjungi situs-situs sejarah, sumber-sumber
peradaban timur tengah di Maroko. Begitu juga dengan Kasim, dengan keteduhan
hatinya berhasil menyentuh perasaan Reem, membawa cerita-cerita masa lalu Reem
kepada pelajaran hidup yang dalam akan perenungan sejati jiwa manusia.
Tak serta merta berjalan bahagia
kisah mereka. Selepas jenjang perjalanan Kasim dalam menuntut ilmu, ia mulai
diminta orangtuanya pulang. Alya sang adik begitu terkejut dengan perintah
tiba-tiba orangtua mereka, apalagi ditambah perintah untuknya agar ikut sang
kakak pulang ke tanah air. Setibanya mereka di Indonesia, barulah mereka tahu
adanya perintah yang sungguh di luar logika mereka. Terkuaklah sebuah rahasia
fatal yang menjadi boomerang bagi orang tua mereka karena terlalu lama dipendam
dan tidak dapat dipungkiri. Keduanya diminta menikah saat itu juga.
Di Maroko, tak kalah terpuruknya,
Reem begitu jatuh sakit, akibat kepulangan Kasim tanpa kejelasan hubungan
mereka karena sang Abba yang tidak merestui. Tak hanya sakit hati, dia pun baru
saja mendapatkan vonis penyakit yang cukup serius. Jiwanya sempat tergoncang
meski selalu ia hibur dengan muroja’ah Al-Qur’an yang tak henti mendaras dari
mulut sucinya. Kanker rahim itu tidak hanya mengusik hari-harinya, namun juga
membayangi gelap masa depannya. Siang malamnya ia isi hanya dengan menulis
puisi dan melukis. Seringkali didominasi menangis dan melafal ayat Ilahi.
Tubuhnya semakin ringkih dan lemah. Hingga tibalah hari ditentukannya operasi
oleh dokter muda rekan kepercayaan sang Abba.
Ujian belum selesai. Ilham teman
dekat Kasim berasa mendapat tamparan telak dari sahabat dan juga perempuan yang
dicintainya. Serasa dikhianati oleh dua orang sekaligus dalam satu ruang dan
waktu. Hilanglah kepercayaannya pada kedua orang dekatnya itu. Semua karena dia
tak tahu apa sebenarnya yang sungguh-sungguh sedang terjadi saat itu.
Tak berhenti di situ, baik Kasim
maupun Alya menjalani hari-hari penuh luka dan kebisuan. Akhirnya keduanya
angkat bicara, merasa bahwa ini semua tidak bisa dibiarkan. Ini semua harus
segera diakhiri. Tidak mungkin neraka ini dijalani dengan bermuka dua setiap
hari. Rupanya cinta masih berpihak pada hati Kasim. Dia diberi kesempatan takdir
menemui perempuan yang dicintainya. Akankah perjalanan mereka menuju mahligai
suci berjalan mulus? Bagaimanakah reaksi Kasim mendapati kondisi Reem saat ini?
Sudahkah Abba Reem menerima kehadiran Kasim di hati putri tunggalnya? Lalu
bagaimana nasib Alya sepeninggal kakak laki-laki yang setahun terakhir
berstatus menjadi suaminya untuk mengejar cinta sejatinya?
Temukan akhir cerita Reem ini yang
penuh teka-teki. Nikmati perjalanan penjelajahan negara Maroko dengan segala
keindahannya melalui racikan kalimat indah Sinta Yudisia. Belum lagi kudapan
hidangan yang diceritakan terbayang begitu lezat dan menggoda, menggelitik
perut, mendesak cacing-cacing di dalamnya berebut mencuat dari
persembunyiannya.
Novel cetakan Agustus 2017 berisi 352
halaman ini sungguh menggoda iman para traveler dan pengamat sejarah untuk
segera loncat ke sana. Menghabiskan waktu di sepanjang terowongan Fez, berdiri
menahan napas menyebarkan pandangan ke sepanjang dataran tinggi dan gurun
sahara di Maroko. Kemudian ikut ekspedisi tim dokter dan penyelamat rakyat
Palestina. Sungguh pasti akan menjadi pengalaman yang tak tergantikan.
Komentar
Posting Komentar