Ada tawa ada juga luka
Detik ini aku bisa tertawa lepas. Namun sedetik kemudian aku juga bisa menangis tersedu-sedu. Begitulah manusia. Begitulah aku. Begitulah hidup manusia seperti diriku. Sepertinya bukan hanya diriku, namun peduli apa pada mereka yang bukan diriku. Ah, sudahlah, aku tidak ingin terlalu memikirkan hal-hal yang tak jadi tanggunganku. Itu hanya membuat bebanku lebih berat dan banyak.
Jangan terlalu bahagia ya, nanti malam kamu menangis. Jangan terlalu bersedih ya, nanti kau tak mampu menghayati kegembiraanmu datang.
Pernah merasa terasing? Sepi? Sendiri? Tertekan? Sakit? Lelah? Itulah perasaan manusia, jika kau masih punya perasaan ini, bersyukurlah, kau masih manusia.
Rasanya aku ingin lari dari hidup ini, tapi apakah aku bisa. apakah aku mampu. apakah itu boleh. Sepi yang kurasakan ini ada di titik nadir paling tinggi dalam kehampaan. Sehingga tidak ada lagi kata-kata bahkan perasaan yang mampu mewakili. Ingin rasanya aku menyatu dalam diriku yang paling nisbi. Merenungi segala makna dan rupa. Menafsirkan segala yang masih samar.
Ternyata aku belum menemukan diriku.
Jangan terlalu bahagia ya, nanti malam kamu menangis. Jangan terlalu bersedih ya, nanti kau tak mampu menghayati kegembiraanmu datang.
Pernah merasa terasing? Sepi? Sendiri? Tertekan? Sakit? Lelah? Itulah perasaan manusia, jika kau masih punya perasaan ini, bersyukurlah, kau masih manusia.
Rasanya aku ingin lari dari hidup ini, tapi apakah aku bisa. apakah aku mampu. apakah itu boleh. Sepi yang kurasakan ini ada di titik nadir paling tinggi dalam kehampaan. Sehingga tidak ada lagi kata-kata bahkan perasaan yang mampu mewakili. Ingin rasanya aku menyatu dalam diriku yang paling nisbi. Merenungi segala makna dan rupa. Menafsirkan segala yang masih samar.
Ternyata aku belum menemukan diriku.
Komentar
Posting Komentar