Resensi Dilan 2



"Jika aku berkata bahwa aku mencintainya, maka itu adalah sebuah pernyataan yang sudah cukup lengkap." Milea ; 1991

Cinta diramu begitu indahnya oleh Pidi Baiq dalam rangkaian karya fiksinya dalam novel yang berjudul Dilan, melanjutkan bagian awalnya yang keluar pada tahun lalu novel bersampul warna cokelat dan berisi 344 halaman ini menyempurnakan kisah asmara Dilan dan Milea dalam kemasan romansa remaja SMA di masa itu.

Setiap pembaca yang berusia cukup jauh dari masa muda mungkin akan dibawa hanyut oleh nostalgia masa lalu dikala berseragam putih abu – abu, kehidupan metropolitan anak muda juga melengkapi penghayatan cerita di dalamnya, yakni seperti geng motor, kebiasaan saling bully, dan gaya – gaya tongkrongan remaja metropolitan masa itu.

Semua orang pasti mempunyai kisah cinta masing – masing yang indah dan berkesan, begitu halnya Pidi mengabadikan kisah asmara yang berbeda pada tokoh Dilan dan Milea, keturutsertaan peran pembantu yang begitu detail semakin menghidupkan cerita ini. Meskipun fiksi, beberapa pembaca akan menilai bahwa kisah ini terilhami dari kisah nyata, atau bahkan menginspirasi menjadi kisah nyata.

Meskipun mungkin tidak berakhir sesuai harapan pembaca, Pidi berhasil meramu alur dan konflik dalam bahasa yang unik, sehingga tidak ada kekecewaan mendalam pada relung hati pembaca. Percikan – percikan quote manis dan menyentuh semakin memperindah kisah cinta istimewa ini.

Berbagai karakter dengan jelas dideskripsikan pada semua tokoh yang ada, sehingga memudahkan pembaca dalam mengimajinasikan sosok – sosok yang hadir di sekitar Dilan dan Milea. Juga penyelesaian konflik yang mungkin mudah ditebak menjadikan pembaca merasa sangat ringan dalam menyusuri kisahnya.

Jika cinta adalah sesuatu yang abstrak, apakah tidak ada bagian tubuh kita yang membuktikan gerak abstrak yang ditimbulkannya. Meski hati tersembunyi, namun getarannya terbaca dari gerak – gerik tubuh. Lalu semua tanda itu diterjemahkan pada satu kesimpulan indah, jatuh cinta.

Cinta membuat orang merasa selalu bahagia, Pidi mentransformasikan rasa ini pada ekspresi Milea, dan cinta membuat orang berubah, ia juga menanamkannya pada alur kisah romansa remaja ini, dan cinta juga meneguhkan konsistensi hati orang, sang penulis menciptakan konflik demi konflik untuk menunjukkan hal ini.

Bukankah semua manusia normal pasti mengalami peristiwa ini, dan Pidi Baiq melalui novel ‘Dilan’ menyuguhkan dalam versi berbeda pada suatu latar waktu dan tempat yang spesifik. Dengan membawa berbagai aspek kehidupan, ia berhasil meramu sebuah cerita lengkap dengan tokoh yang sedemikian rupa seperti kisah nyata, dan diakhiri pula kisah ini dengan pelajaran dan petikan segala kemungkinan dalam kehidupan yang sedikit banyak akan terjadi pula di kehidupan nyata. (din)

Komentar

Postingan Populer