Resensi Dilan 2

Cinta diramu begitu indahnya
oleh Pidi Baiq dalam rangkaian karya fiksinya dalam novel yang berjudul Dilan,
melanjutkan bagian awalnya yang keluar pada tahun lalu novel bersampul warna
cokelat dan berisi 344 halaman ini menyempurnakan kisah asmara Dilan dan Milea
dalam kemasan romansa remaja SMA di masa itu.
Setiap pembaca yang berusia
cukup jauh dari masa muda mungkin akan dibawa hanyut oleh nostalgia masa lalu
dikala berseragam putih abu – abu, kehidupan metropolitan anak muda juga
melengkapi penghayatan cerita di dalamnya, yakni seperti geng motor, kebiasaan
saling bully, dan gaya – gaya tongkrongan remaja metropolitan masa itu.
Semua orang pasti mempunyai
kisah cinta masing – masing yang indah dan berkesan, begitu halnya Pidi
mengabadikan kisah asmara yang berbeda pada tokoh Dilan dan Milea,
keturutsertaan peran pembantu yang begitu detail semakin menghidupkan cerita
ini. Meskipun fiksi, beberapa pembaca akan menilai bahwa kisah ini terilhami
dari kisah nyata, atau bahkan menginspirasi menjadi kisah nyata.
Meskipun mungkin tidak
berakhir sesuai harapan pembaca, Pidi berhasil meramu alur dan konflik dalam
bahasa yang unik, sehingga tidak ada kekecewaan mendalam pada relung hati
pembaca. Percikan – percikan quote manis dan menyentuh semakin memperindah
kisah cinta istimewa ini.
Berbagai karakter dengan
jelas dideskripsikan pada semua tokoh yang ada, sehingga memudahkan pembaca
dalam mengimajinasikan sosok – sosok yang hadir di sekitar Dilan dan Milea.
Juga penyelesaian konflik yang mungkin mudah ditebak menjadikan pembaca merasa
sangat ringan dalam menyusuri kisahnya.
Jika cinta adalah sesuatu
yang abstrak, apakah tidak ada bagian tubuh kita yang membuktikan gerak abstrak
yang ditimbulkannya. Meski hati tersembunyi, namun getarannya terbaca dari
gerak – gerik tubuh. Lalu semua tanda itu diterjemahkan pada satu kesimpulan
indah, jatuh cinta.
Cinta membuat orang merasa
selalu bahagia, Pidi mentransformasikan rasa ini pada ekspresi Milea, dan cinta
membuat orang berubah, ia juga menanamkannya pada alur kisah romansa remaja
ini, dan cinta juga meneguhkan konsistensi hati orang, sang penulis menciptakan
konflik demi konflik untuk menunjukkan hal ini.
Bukankah semua manusia
normal pasti mengalami peristiwa ini, dan Pidi Baiq melalui novel ‘Dilan’
menyuguhkan dalam versi berbeda pada suatu latar waktu dan tempat yang
spesifik. Dengan membawa berbagai aspek kehidupan, ia berhasil meramu sebuah
cerita lengkap dengan tokoh yang sedemikian rupa seperti kisah nyata, dan
diakhiri pula kisah ini dengan pelajaran dan petikan segala kemungkinan dalam
kehidupan yang sedikit banyak akan terjadi pula di kehidupan nyata. (din)
Komentar
Posting Komentar