Cinta dan Luka



Sudah lebih dari tiga kali kubaca cerpen ini, entah kenapa setiap kali membacanya serasa baru pertama kali baca, sebagaimana pesan salah satu guru kapan hari, ketika kau dapat satu ilmu, meski sudah ke seribu kalinya kau dengarkan, posisikan dirimu baru pertama kali mendapatkannya, hal ini dengan tujuan menghargai sang guru dalam menyampaikan ilmunya. Begitu halnya dengan cerita pendek karya Wina Bojonegoro ini, meski lebih dari tiga kali kubaca, antusiasku masih seperti halnya pertama kali kubaca.

Judulnya Pesan Pendek untuk Mantan Kekasih, bagi siapapun yang mampu menangkap makna judul ini, mungkin akan muncul berbagai prasangka, begitu juga denganku, dugaan pertama judul ini mengerikan, sedikit merinding membayangkan alurnya. Dengan penomoran pada beberapa pergantian fase menjadikan cerita pendek ini memiliki daya tarik yang tidak biasa.

Konflik yang diciptakan Wina begitu menyentuh melalui rangkaian diksi yang membius, membawa pembaca menerka apa yang akan terjadi pada setiap adegan berikutnya. Kesan misterius juga muncul pada sentuhan susunan katanya.  Berbagai perasaan muncul berkecamuk saat menghayati kisah ini. Mulai dari kesal, jengkel, geregetan, juga kecewa bercampur aduk, seakan menyelami karakter dan penghayatan tokoh Donga, Dewinta, dan Putri Kemuning.

Pemakaian alur flash back menjadi pilihan manis untuk cerita bergenre romansa demikian ini. Begitu juga berbagai aspek kehidupan yang tertanam menjadikan kisah fiksi ini berasa nyata dan mudah dibayangkan satu per satu perasaan yang dialami para tokohnya. Ciri khas Wina dalam membawakan sebuah cerita tersirat jelas pada kisah ini, dan akan pembaca temui pada cerita – cerita pendek karya Wina lainnya. 

Apa yang kusukai dari cerita pendek? Hanya dengan ratusan kata ia mampu merangkai kisah hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Bukankah penulis adalah Tuhan bagi tokoh – tokohnya? Dalam cerita pendek ‘Pesan Pendek untuk Mantan Kekasih’ ini melibatkan banyak sekali aspek kehidupan, ada sisi budaya menerangkan tentang penilaian keluarga besar akan gadis yang telat kawin, juga sisi kehidupan metropolitan terlihat dari penulis menggambarkan kondisi kota di masa itu.

Sedalam – dalamnya cinta tumbuh dalam hatimu, kau takkan mampu mengendalikan dendam mengakar dibaliknya, apalagi jika waktu lebih berhak menguasainya.

Komentar

Postingan Populer