Jangan harap sayang, jika belumlah kenal
Apa yang pertama kali terlintas dalam benak anda ketika
disebutkan tentang Madura? Apakah jembatan suramadu? Sambel terasi? Pantai Gili
Labak? Makam Syaikhona Kholil? Selain itu apalagi?
Kaum muda adalah aset mahal sebuah bangsa, bahkan ada
pepatah mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang dibesarkan oleh jerih
payah usaha gigih para pemudanya. Lalu bagaimanakah pemuda yang membanggakan
bangsanya tersebut? Apakah mereka yang dengan bangga merantau ke seluruh
penjuru dunia demi memenuhi isi paspor? Ataukah mereka yang setiap hari keluar
masuk pusat perbelanjaan demi menjaga penampilannya tetap ‘berharga’. Indonesia
dengan kekayaan melimpah seharusnya tidak perlu bersusah payah mengelola
menjadi kesejahteraan Negara, lantaran para pemudanya sudah menjamin itu semua.
Tapi alangkah ironisnya jika yang terjadi bukanlah demikian.
Madura, salah satu pulau dari ratusan ribu pulau di
Indonesia patut bangga atas putra bangsanya, yang telah mengharumkan tanah
airnya, mengangkatnya hingga tak hanya para sesepuh desa saja yang mengenal
sejati daerah tinggalnya. Nama penanya Noevil Delta, pemuda asal Sumenep ini
dengan sempurna mengemas cerita tentang tanah kelahirannya, Kabupaten Sumenep,
hingga hal-hal kecil dan rinci yang masyarakat umum tak menyadarinya.
Melalui riset dan survey yang tidak mudah, pemuda yang kini
menempuh pendidikan Farmasi S1 di Universitas Ubaya ini merangkum kisah bumi
pertiwinya dalam sebuah buku kecil berjudul “Sumenep menyimpan Segudang Cerita”.
Di dalamnya terdapat 18 cerita beragam tentang sudut-sudut kota Sumenep, mulai
dari tempat-tempat bersejarah, orang-orang berpengaruh, hingga
peristiwa-peristiwa yang mungkin telah terlupakan kawula tua dan tak
tersampaikan pada kawula muda masyarakat Sumenep.
Buku kecil ini masih mewakili secuil perjalanan penulis
tentang penelusuran jati diri kota kelahirannya. Akan tetapi cukup membuka
wawasan bagi para pembaca umumnya, dan masyarakat muda kota Sumenep khususnya. Salah
satu dari judul yang tertera pada buku tersebut adalah ‘Ahli Botani Orang
Sumenep’. Pada suatu pepatah tentang bangsa besar dikatakan bahwa bangsa yang
besar adalah yang menghargai jasa pahlawannya. Dan disini penulis telah
mewakili bangsanya, bangsa sumenep, untuk menghargai pahlawan daerahnya, yakni
Sang Ahli Botani.
Dengan bahasa yang lugas dan ringan, Noevil mampu
menenggelamkan pembaca dalam lautan katanya sehingga tanpa disadari, setelah
membaca rangkaian 18 cerita dalam buku ini, maka pembaca akan terdorong untuk
datang langsung mengunjungi daerah yang tertulis dalam cerita tersebut. Bukankah
hal ini juga akan menjadi komoditi besar bagi kabupaten di Pulau Madura ini.
Bukti kepedulian Noevil pada tanah airnya tersirat pada
artikel pertama yang ia tulis yakni berjudul “Jika belum sayang, artinya belum
kenalan” ia mencoba melanjutkan pepatah yang selama ini lumrah kita dengar,
yakni ‘tak kenal maka tak sayang’ dengan kalimatnya sendiri. Usaha ini cukup
menarik pembaca untuk melanjutkan membaca hingga halaman terakhir.
Melihat antusias Noevil terhadap kota kelahirannya
menimbulkan sebuah pernyataan, jika sajasemua
pemuda di negeri ini memiliki
inisiatif seperti dia, maka Indonesia akan lebih mudah dikenal, oleh bangsanya
sendiri maupun bangsa asing.
Membaca buku ini seperti halnya membawa peta untuk menyusuri
kota Sumenep sekaligus membaca lebih jelas dan lugas tentang satu per satu
sudut kota Sumenep yang perlu diketahui oleh pembaca.
Selamat Membaca!
Komentar
Posting Komentar