TULIS dan BACA
Aku tidak pernah memaksakan diri untuk
menulis, membaca, apalagi menggambar. Meskipun aku sangat mengerti dalam
satu atau dua situasi, keterpaksaan itu pasti akan terjadi, pasti akan
menimpaku, dan membuatku mengalami dan melewatinya.
Aku tak ingin disebut seorang penulis, aku hanyalah seorang perempuan biasa yang kebetulan suka menulis dalam menuangkan isi pikiranku. Namun itu bukanlah hal gratis, tanpa membaca, tentu aku takkan bisa menulis, namun apa yang terjadi jika aku terlalu banyak membaca, apakah itu berarti semakin banyak aku menulis. Tentu tidak. Karena antara menulis dan membaca bukanlah dua sisi pada sebuah koin, yang keduanya harus terlihat sama namun berbalikan, yang keduanya mengandalkan kesempurnaan lainnya, yang keduanya akan kehilangan identitas juga lainnya rusak atau hilang. Tidak.
Bagi diriku kebutuhan menulis dan membaca seperti halnya air hujan dengan tanah. Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan. Keduanya berkaitan, terkadang. Keduanya saling membutuhkan, terkadang. Tapi perlu diingat satu yang takkan terhindar dari keduanya adalah, bertemu.
Pada beberapa waktu antara menulis dan membaca memang harus bertemu, bertemu disini bisa berarti sebab akibat, kesatuan utuh, atau bertemu yang berarti boomerang, pada sebuah kondisi tertentu pula, keduanya seperti dua elemen yang takkan mungkin terpisahkan.
Begitulah kiranya diriku menempatkan menulis dan membaca dalam kamus hidupku. Suatu saat nanti akan terbukti dengan utuh dan sempurna, bahwa apa yang kutuliskan tidak selalu datang dari apa yang telah kubaca. Mari tempatkan menulis dan membaca sesuai porsi masing-masing.
Aku tak ingin disebut seorang penulis, aku hanyalah seorang perempuan biasa yang kebetulan suka menulis dalam menuangkan isi pikiranku. Namun itu bukanlah hal gratis, tanpa membaca, tentu aku takkan bisa menulis, namun apa yang terjadi jika aku terlalu banyak membaca, apakah itu berarti semakin banyak aku menulis. Tentu tidak. Karena antara menulis dan membaca bukanlah dua sisi pada sebuah koin, yang keduanya harus terlihat sama namun berbalikan, yang keduanya mengandalkan kesempurnaan lainnya, yang keduanya akan kehilangan identitas juga lainnya rusak atau hilang. Tidak.
Bagi diriku kebutuhan menulis dan membaca seperti halnya air hujan dengan tanah. Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan. Keduanya berkaitan, terkadang. Keduanya saling membutuhkan, terkadang. Tapi perlu diingat satu yang takkan terhindar dari keduanya adalah, bertemu.
Pada beberapa waktu antara menulis dan membaca memang harus bertemu, bertemu disini bisa berarti sebab akibat, kesatuan utuh, atau bertemu yang berarti boomerang, pada sebuah kondisi tertentu pula, keduanya seperti dua elemen yang takkan mungkin terpisahkan.
Begitulah kiranya diriku menempatkan menulis dan membaca dalam kamus hidupku. Suatu saat nanti akan terbukti dengan utuh dan sempurna, bahwa apa yang kutuliskan tidak selalu datang dari apa yang telah kubaca. Mari tempatkan menulis dan membaca sesuai porsi masing-masing.
Komentar
Posting Komentar