PERJALANAN KEHIDUPAN
Kukisahkan
tentang sebuah perjalanan, kehidupan, dan perjuangan. Suatu hari aku
ditakdirkan untuk melakukan sebuah perjalanan, ke sebuah kota. Dimana disana
akan kutemukan sahabat-sahabat dekatku, orang-orang terhormatku, yang selalu
kucintai dan kurindukan, kusegani dan juga kusayangi, dan kuhormati juga
kuagungkan. Dengan sebuah perhelatan besar, lepas lajangnya sahabat kami,
cantik jelita, kepada pangeran yang telah mempersuntingnya. Aduhai, alangkah
bahagianya sang pengantin dan juga kami tentunya.
Bersama
seorang teman, ku melangkah pagi hari dan ketika pulang dari acara tersebut,
kehidupan akan perjalanan nyata itu terpapar nyata di hadapanku. Setelah didrop
di terminal bis, kami mencari-cari bis mana yang bisa kami tumpangi untuk
pulang ke Surabaya dengan selamat, aman, dan nyaman. Karena melihat situasi
saat itu, arus balik sedang mencapai puncaknya, dan kami diantara mereka yang
berjuang berdesakan demi mencari kendaraan untuk kembali ke kota besar kedua di
Jawa itu.
Setelah
menunggu sampai sekitar 45 menit akhirnya bis yang kami bergerak. Menurut hasil
mengupingku atas perbincangan sopir dan kondektur, mereka hanya mencari
penumpang yang bertujuan Surabaya, karena mereka akan melewati jalur alternatif
melintasi tol baru di Jombang. Dan meskipun begitu, mereka telah berhasil
mendapatkan penumpang yang sangat maksimal, sehingga orang yang berdiri pun
hampir sama jumlahnya dengan yang mendapatkan duduk. Di awal perjalanan, semua
baik-baik saja, hingga ketika bis mulai masuk tol baru yang sangat sepi, saat
itu senja, dan aku sangat menikmatinya.
Namun
ternyata perjalanan tak semulus perkiraan kita semua, tepat sebelum mengantre
di gerbang tol, bis mendadak berhenti dan tidak bisa dinyalakan lagi, hingga
sebagian penumpang memilih untuk turun sejenak, sekitar 20 menit kemudian bis
berjalan kembali, tapi aku tahu kondisinya tidak semakin membaik, dia tidak
bisa melaju kencang dan bunyi deru mesinnya terdengar janggal di telingaku. Tak
henti aku berdoa di dalam hati, memohon keamanan dan keselamatan kami, tapi
mungkin aku sedang panik dan tidak berpikir panjang, dalam doaku aku lebih
menekankan pada yang terpenting aku sampai di Surabaya dengan selamat dan tidak
terlalu malam. Karena pertimbangan kami harus keluar dari terminal purabaya
sebelum jam 22.00 mengingat beberapa kejadian terakhir yang tidak menyenangkan
bagi para pengendara malam.
Setelah
melintasi jembatan di daerah ploso, jombang, bis semakin mengkhawatirkan, aku
semakin kencang berdoa, suasana semakin tegang, tapi dua kondektur di depan
berusaha mencairkan suasana dengan tak henti bercanda dan berbincang, sedikit
mengganggu konsentrasi ketegangan kami para penumpang yang berdebar-debar. Ketika
kondisi jalanan sangat gelap, di kanan jalan sungai yang dibatasi dengan
tanggul yang cukup tinggi dan gelap, sedangkan di kiri jalan semak-semak yang
juga tak kalah gelap, tiba-tiba para penumpang di belakang berteriak-teriak
untuk segera memberhentikan bis. Bagian belakang bis atau mesinnya itu menguap
seperti ada sesuatu terjadi pada mesinnya. Otomatis kami semua para penumpang
menegang dan segera meminta sopir menepikan bis. Dan kami semua turun dengan
ketakutan penuh lantaran keadaan sekitar yang sangat menyeramkan.
Sepuluh
menit berlalu, tidak ada kabar membaik dari kondisi bis yang sedang diusahakan
oleh para kondektur dan sopirnya. Aku dan temanku mencoba menyusuri jalan,
mencari secercah kehidupan di tengah kegelapan semak-semak, hingga sampailah
kami pada sebuah musholla kecil dan beberapa rumah penduduk. Ternyata, tak jauh
di belakang kami menyusullah seorang lelaki dengan kisaran usia tak jauh
dariku, mengajak berbincang dengan kami untuk mencari solusi keluar dari daerah
yang sepi dan gelap ini. tiba-tiba dia menepi di bahu jalan, melongok-longokkan
kepala ke kanan jalan, tak lama kemudian sebuah truk melintas, ia lambaikan
tangan pada truk tersebut, dan seketika berhenti di depannya. Setelah kulihat
dia berbincang kecil dengan sang sopir, ia lambaikan tangan ke arah kami, dan
kami pun diangkut dengan Cuma-Cuma oleh pak sopir yang sangat baik hati.
Perjalanan
kali ini benar-benar di luar bayangan kami, sama sekali tak terpikirkan, dan
benar-benar pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Betapa tidak, di akhir
perjalanan yang menyenangkan, kami harus mengalami juga perjalanan yang kurang
menyenangkan, semua ini semata-mata pelajaran nyata yang harus diambil
hikmahnya. Perjalanan dengan truk ini awalnya kami rasakan dengan
berdebar-debar, segala kemungkinan buruk berkecamuk di pikiran masing-masing
dari kami, tapi aku segera menepisnya dengan cepat, sehingga tersisa prasangka
baik saja yang kufokuskan pada semua kejadian ini. pak sopir truk yang berhati
mulia ini sangat nyaman dengan keberadaan kami, sama sekali tak mengganggu dan
merepotkan beliau, dan perbincangan demi perbincangan pun menghiasi perjalanan
indah ini.
Bapak
sopir truk yang berhati mulia ini dalam perjalanan menuju mojosari, jadi kami
tidak bisa menumpang sampai tujuan akhir kami. Itu tak masalah, sudah mencapai
jalan raya sangat melegakan kami, paling tidak di jalan raya ini sudah banyak
bis atau kendaraan umum yang berkenan menyertakan kami pada tumpangannya.
Sesampainya di SPBU krian, kami diturunkan, betapa bapak sopir berhati mulia
sangatlah ramah dan baik hati, tanpa kesediaan tumpangan beliau, mungkin kami
masih terkatung-katung di kegelapan semak-semak. Semoga kehidupan dan rezeki
bapak melimpah, barokah, dan senantiasa dalam ridlo Allah. Amin. Satu pelajaran
penting yang takkan kulupakan dari beliau sepanjang perjalanan kami adalah,
“Wong iku nek kelakuane apik, praupane apik, insya allah olehe yo apik terus”
satu kalimat yang menjawab pertanyaan-pertanyaan kami tentang isu pembegalan
yang kerap terjadi belakangan ini. yang artinya adalah, setiap orang yang
perilakunya baik, tutur dan sikapnya baik, maka insya allah akan selalu dapat
yang baik pula. Dan aku sangat setuju dengan hal ini.
Sepeninggal
bapak baik hati, kami bertiga kembali menunggu takdir baik atas perjalanan ini
di tepi jalan, sambil selalu melihat kendaraan yang melintas dari arah kiri
kami. Beberapa bis besar melintas tapi tak mengacuhkan lambaian tangan kami,
rupanya mereka bis patas yang sudah tidak mau menerima penumpang lagi, atau bis
ekonomi yang sudah tidak mempunyai space kosong untuk kami sekedar berdiri di
dalamnya. 20 menit berlalu, melintaslah bis hijau kecil yang setahuku dari
mojokerto dengan tujuan akhir joyoboyo, kami lambaikan tangan kami dan
kutanyakan, apakah turun terminal bungurasih, dan ternyata kondekturnya adalah
seorang perempuan yang kemudian kuketahui adalah istri sang sopir sendiri. Lagi-lagi
Allah masih menyayangi kami, kami bertiga mendapatkan tempat duduk, dan bis pun
melaju dengan lumayan kencang.
Perjalanan
kami tertinggal 200 m hingga mencapai pintu masuk bungurasih, tiba-tiba sebuah
angkot menepi di hadapan bis hijau yang kami tumpangi dan keluarlah 4 orang
laki-laki dewasa menyerbu bis kami, ada yang menghampiri sopir dari jendelanya,
ada yang masuk ke pintu depan dan ada
juga yang masuk ke pintu belakang. Betapa terkejutnya aku, dalam persangkaanku
orang-orang itu adalah orang-orang yang sedang mabuk atau bermaksud jahat
kepada kami. Betapa bergidiknya kami semua penumpang di bis itu. Ternyata
setelah kudengarkan dengan seksama, masalahnya adalah pak sopir telah berani
melanggar aturan yang ditetapkan untuk bis hijau itu, yakni yang seharusnya
bertujuan akhir joyoboyo, dan tidak melintas bungurasih malah melakukan hal
yang dilarang itu. Betapa mirisnya aku melihat pak sopir yang sudah berusia cukup
lanjut itu mendapat perlakuan kasar dari bapak-bapak yang mendadak menyerbu
kami tadi. Sampai akhirnya salah satu dari mereka mengomando kami para
penumpang untuk segera turun semua. Untungnya aku dan temanku yang memiliki
tujuan akhir bungurasih ini sudah tidak terlalu jauh pada pintu masuk, meski
untuk menuju tempat parkir motor masih harus menempuh keseluruhan bagian dalam
terminal.
Sembari
berjalan aku tak hentinya berpikir dalam hati, Masya Allah betapa hari ini
adalah hari yang penuh warna dalam perjalananku, mulai dari bis mogok,
tumpangan truk sampai pada sopir bis hijau yang bermasalah, semoga masalah ini
cukup sampai disini, sehingga akhir perjalanan kami menuju pulang tinggallah
ketenangan. Dan Alhamdulillah doa dalam hatiku itu terkabul. Aku tiba dengan
selamat tiada kurang suatu apapun di rumah tepat pukul 21.00. Alhamdulillah.

Diiin, nice story :" dibalik sebuah perjalanan, ada pelajaran yang tersimpan, ga sengaja nemu namaku hahay, thanks for the surprise also xD
BalasHapus