Kurindu kau yang dulu
Apa kabar negeriku tercinta?
Masih suburkah padi kuningmu? Masih hijaukah sawah ladangmu?
Masih segarkah ombak lautmu?
Atau kepulan asap hitam itu telah memenuhi angkasamu?
Dan jeritan si miskin makin nyaring bersaing deru kendaraan mewah
si kaya?
Apakah bintang, padi dan kapas, banteng, timbangan, serta
rantai yang terpasang di ruang kelas sekolah-sekolah itu masih ada?
Coba tanyakan pada mereka yang berbaris di halaman sekolah
saat upacara bendera
Masih hafalkah mereka akan kunci kekuatanmu?
Lalu coba intailah para manusia yang dijuluki petinggimu
Masihkah mereka setia meletakkanmu paling utama di hatinya?
Atau pada dirimu saja mereka sudah tak megenal dengan baik?
Ternyata kesetiaan itu hanya berujung kepalsuan
Janji yang begitu indah telah lenyap bersama segerombolan petugas
yang menangkap mereka
Memang hati tak dapat dibohongi, kini tak ada lagi
peperangan adu senjata
Tak tahu siapa yang bersimbah darah dan siapa yang
terpenggal kepalanya
Tapi semua berebut tempat paling depan untuk disebut
pahlawan rakyat
Nilai-nilaimu sedikit demi sedikit mulai tercabut
Tersamarkan oleh kedok-kedok penuh tipu daya
Bahkan mungkin mereka telah lupa apa dasar utama Negara
Apa itu nilai utama bintang sebagai poros dan pertama
Apa itu timbangan yang kini mulai dipermainkan seenak
hatinya
Apa itu padi dan kapas yang dulu begitu bangga dielu-elukan
Bagaimana nasib rantai yang kini mulai tercecer tak tahu
kemana masing-masing butirnya
Dan apa itu makna kepala banteng yang dulu dijunjung tinggi
Ah, kemana lima yang seharusnya terpatri di dada kami demi
menghormatimu
Kemana lima yang melambangkan kokohnya dirimu
Negaraku, kurindu kau yang dulu
Komentar
Posting Komentar