Masih bernama RINDU

Sudah sekian lama, entah sejak kapan, sekian hari, sekian minggu, sekian bulan, untungnya tidak sampai tahunan, tangan ini berhenti untuk menulis, melukiskan apa yang tersirat di hati, mencoretkan apa yang terasa di dalam nurani. Awalnya, mungkin karena alasan sibuk, entah tugas kuliah, tugas organisasi, atau tugas yang lainnya yang begitu banyak dan menumpuk, semua berebut untuk segera diselesaikan dalam satu waktu yang bersamaan. Sudah begitu banyak cerita yang terlewat, sudah sekian banyak kisah yang tak tertulis, namun semua masih tertinggal, di dalam hati, sebagai kenangan, yang tak akan punah dimakan waktu.

Bicara mengenai rindu, apakah rindu itu masih ada? apakah dia masih bersarang di dada ringkihku? apakah dia masih betah mengakar disana? dengan sekian masa yang telah berlalu? dengan sekian debu yang tak mampu kuhitung sejak adanya mereka, apakah rindu ini masih layak? atau mulai berhak dipertanyakan? apakah rasa yang kerap menyerang ulu hati ini masih bersarang lekat di sudut dada? ataukah dia perlahan pergi menghilang seiring matahari pada senja yang kian menghitam?

Aku mulai lelah, aku lelah menghitung rindu, dari masa yang dilewatinya, dia lebih abadi ketimbang bekunya tanah yang bersarang di dasar bumi paling dalam, rindu juga mulai menggerogoti jiwa sehatku, membuatku kian ringkih dan lemah, lalu dia tak memberi ruang sedikitpun untukku bernafas, untukku mengambil rehat sejenak dari penatnya dunia fana serta rasa yang merajalela, dan lelah ini melahirkan keheningan yang akupun tak berani sekedar membunuhnya sejenak.

Begitu banyak manusia yang berlalu lalang di hadapanku, entah mereka yang sejak lahir ditakdirkan bersama dengan darah dagingku, ataupun orang-orang baru yang sangat asing dan membuatku terpekik teratahan di awal perjumpaanku dengannya. Entah mereka yang gemar bertegur sapa dan melempar perhatian manis di depanku, ataupun mereka yang sibuk memasang topeng di mukanya tanpa aku tahu apa yang benar-benar terjadi di dalam hatinya.

Dunia ini cukup kejam, semua bergejolak, namun tetap ada yang tersenyum manis tanpa beban, semua berjalan tenang, namun ada yang tak henti berusaha merusak ketenangan itu. Dan aku disini terdiam dalam kebisuan, terhenyak dalam keheningan, dan tertegun dalam keramaian semesta.

Semoga Rindu ini tidak bertemu titik lelahnya.

Komentar

Postingan Populer