Sedikit tentang "ibuk," karya Iwan Setyawan
Hari ini hari Jum'at istimewa di tanggal 20 bulan September, biar
hanya aku yang tahu makna dari hal itu, namun satu hal yang membuat hari
ini makin istimewa ialah sebuah buku 294 halaman yang sukses
kuselesaikan dalam 4 jam terakhir tepat sebelum aku menuliskan catatan
ini.
Disini kulampirkan beberapa catatan yang tercantum di dalam buku yang membuatku merinding hanya dengan membaca judulnya ini :
Aku ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya debu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)
To love is to act
(Victor Hugo)
Happines does not lie in happiness, but in the achievement of it
(Dostoevsky)
Barangsiapa tidak berani, dia tidak bakal menang, itulah semboyanku! Maju!
Semua harus dimulai dengan berani!
Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia
(Kartini)
Happiness only real when shared
(Christoper McCandless)
Jika kau menghamba kepada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan
(Wiji Thukul)
Hidup memang menantang. Hidup kadang melempar, kadang menampar.
Tapi terlalu megah untuk diakhiri oleh diri sendiri. Bukankah keindahan hidup seringkali ditemukan dalam pilu?
(Iwan Setyawan)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian
(Pramoedya Ananta Toer)
All you need is Love
(John Lennon)
Love is sacred silence
(Orhan Pamuk)
A mother knows what her child's gone through, even if she didn't see it herself
(Pramoedya Ananta Toer)
Lalu dari buku ini, aku akan mengulas sedikit tentang suatu hal yang tersirat di balik dadaku :
Berbicara tentang Ibuk, maka takkan lepas dari Cinta, Rindu, Pengorbanan,
Kasih sayang, Kesetiaan, Perjuangan, Airmata, bahkan seluruh isi dunia ini tak
ada artinya dibandingkan sosok wanita mulia itu.
Ibuk, mungkin seluruh abjad telah tertuang namun demi menyebut namamu saja,
kesemuanya terlunta di ujung kelu lidah, bukan lantaran kecengengan seorang anak,
ataupun kemanjaan lahiriah, juga bukan tentang kerinduan mendalam, namun entah
semenjak aku mengenal namamu Ibuk, kurasa nafas ini tak ada artinya tanpa
mengingat sosokmu, dan darah ini tak ada gunanya tanpa geliat jiwamu.
Ibuk, ah Ibuk, kau sosok paling cantik diantara sekian bidadari surga, kau insan
hakiki berjiwa malaikat, bahkan Tuhan pun menaruh surga di kakimu.
Ibuk, betapa aku pun tak mengerti, semenjak hadirku di alam ini, dirimulah
dewa dalam tiap hembus nafas dan denyut nadiku.
Ibuk, dalam diamku riuh kudengar suara hatimu berdenyaran dibalik rongga jantungku
dalam semburat pikirku, halus rasamu melindungiku dari segala.
Ini bukan tentang rayuan semata, atau tentang kalimat yang terlalu muluk,
namun berani aku bersumpah demi nyawaku, pada satu helai rambut hitammu pun,
aku sangat merindukannya.
Ibuk, hurufku takkan habis untuk mengurai tentangmu, entah tiap mengingatmu
selalu nafasku tersedak, jantungku seakan berhenti berdetak, bukankah aku lahir
dari darahmu, dari denyut nadimu, bertukar nyawamu, bertukar jiwa ragamu.
Entahlah Ibuk, maafkan aku. Kini bibirku kelu tiap memanggilmu dalam sunyi,
kini dadaku bergetar tiap menyentuhmu dalam rinduku, kini kakiku kaku
tiap melangkah dalam jejak mulia cita-citamu dan jiwaku beku memelukmu.
Ibuk, Aku mencintai keabadianmu dalam rinduku.
I love You, Ibuk.
Disini kulampirkan beberapa catatan yang tercantum di dalam buku yang membuatku merinding hanya dengan membaca judulnya ini :
Aku ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya debu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)
To love is to act
(Victor Hugo)
Happines does not lie in happiness, but in the achievement of it
(Dostoevsky)
Barangsiapa tidak berani, dia tidak bakal menang, itulah semboyanku! Maju!
Semua harus dimulai dengan berani!
Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia
(Kartini)
Happiness only real when shared
(Christoper McCandless)
Jika kau menghamba kepada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan
(Wiji Thukul)
Hidup memang menantang. Hidup kadang melempar, kadang menampar.
Tapi terlalu megah untuk diakhiri oleh diri sendiri. Bukankah keindahan hidup seringkali ditemukan dalam pilu?
(Iwan Setyawan)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian
(Pramoedya Ananta Toer)
All you need is Love
(John Lennon)
Love is sacred silence
(Orhan Pamuk)
A mother knows what her child's gone through, even if she didn't see it herself
(Pramoedya Ananta Toer)
Lalu dari buku ini, aku akan mengulas sedikit tentang suatu hal yang tersirat di balik dadaku :
Berbicara tentang Ibuk, maka takkan lepas dari Cinta, Rindu, Pengorbanan,
Kasih sayang, Kesetiaan, Perjuangan, Airmata, bahkan seluruh isi dunia ini tak
ada artinya dibandingkan sosok wanita mulia itu.
Ibuk, mungkin seluruh abjad telah tertuang namun demi menyebut namamu saja,
kesemuanya terlunta di ujung kelu lidah, bukan lantaran kecengengan seorang anak,
ataupun kemanjaan lahiriah, juga bukan tentang kerinduan mendalam, namun entah
semenjak aku mengenal namamu Ibuk, kurasa nafas ini tak ada artinya tanpa
mengingat sosokmu, dan darah ini tak ada gunanya tanpa geliat jiwamu.
Ibuk, ah Ibuk, kau sosok paling cantik diantara sekian bidadari surga, kau insan
hakiki berjiwa malaikat, bahkan Tuhan pun menaruh surga di kakimu.
Ibuk, betapa aku pun tak mengerti, semenjak hadirku di alam ini, dirimulah
dewa dalam tiap hembus nafas dan denyut nadiku.
Ibuk, dalam diamku riuh kudengar suara hatimu berdenyaran dibalik rongga jantungku
dalam semburat pikirku, halus rasamu melindungiku dari segala.
Ini bukan tentang rayuan semata, atau tentang kalimat yang terlalu muluk,
namun berani aku bersumpah demi nyawaku, pada satu helai rambut hitammu pun,
aku sangat merindukannya.
Ibuk, hurufku takkan habis untuk mengurai tentangmu, entah tiap mengingatmu
selalu nafasku tersedak, jantungku seakan berhenti berdetak, bukankah aku lahir
dari darahmu, dari denyut nadimu, bertukar nyawamu, bertukar jiwa ragamu.
Entahlah Ibuk, maafkan aku. Kini bibirku kelu tiap memanggilmu dalam sunyi,
kini dadaku bergetar tiap menyentuhmu dalam rinduku, kini kakiku kaku
tiap melangkah dalam jejak mulia cita-citamu dan jiwaku beku memelukmu.
Ibuk, Aku mencintai keabadianmu dalam rinduku.
I love You, Ibuk.
Komentar
Posting Komentar