Perjalanan Indah MUNAS 3 FLP 2013
Siang itu aku sangat
bahagia lantaran keberangkatan sudah di ambang mata, aku mulai menghubungi
semua teman-teman berpemilik kamera untuk bekal dokumentasi kelak selama di
Pulau Dewata, sungguh aku memang diuji oleh-Nya, sekian banyak sahabat yang
memiliki kamera mengatakan bahwa kameranya tidak bias dipinjamkan dalam waktu dekat
ini, aku mulai putus asa namun tak lelah kusebar jaringan luasku demi benda
yang pada detik ini menjadi sangat kuidamkan, dalam hati kecilku aku bertekad
untuk menyisihkan sebagian tabunganku untuk merencanakan membelinya. Saat itu
aku masih di kampus menanti dosen wali menandatangani FRSku dan juga
teman-teman sekelompok, keresahan melanda diriku tak terkira hingga akhirnya
kusadari kehendak Allah begitu indah menata skenario, seusai dluhur, dosen
waliku selesai menandatangani FRS dan seorang sahabat dari FLP juga bersedia
meminjamkan sekaligus mengantarkannya ke kampis. Dua perkara telah selesai
kupikir, namun sesampainya di rumah, sebuah ujian lagi-lagi menimpaku,, Bapak
tiba-tiba tak mengizinkanku berangkat sore itu kecuali jika travelnya bersedia menjemput
ke rumah, aku terpaku, terdiam, tak tahu harus berkata dan bertindak apa,
sebelum kemudian aku berusaha melobby teman-teman FLP Sidoarjo untuk
menyampaikan hal tersebut pada sopir travel yang bertugas. Adzan ashar
berkumandang, aku segera mandi dan menyempurnakan persiapan serta packing
bahkan bapak sudah tak lagi mengajakku berbicara mengenai hal keberangkatanku
dengan pertimbangan lain yang lebih kuat bahwa aku tak mengikuti pemilihan
gubernur jawa timur keesokan harinya, beliau begitu berat mengizinkanku. Aku
tak henti berdoa dan berdoa yang terbaik kepada Allah, supaya melunakkan hati
bapak, melancarkan perjalanan ini, aku yakin jika aku memang ditakdirkan untuk
berangkat, cara apapun bias terjadi atas skenario Dia Maha Perencana.
Pukul 5 sore, travel
benar-benar datang ke rumah untuk menjemput, bapak mulai mengembangkan senyum
dan aku dilepasnya pergi dengan sukacita, aku tahu, aku bias membaca raut wajah
beliau yang berbinar, dalam hati aku berkata, terimakasih bapak atas
kekhawatiran dan juga perizinan bapak.
Hari rabu tanggal 28
Agustus, aku resmi berangkat dengan ttravel bersama teman dari FLP Cabang
Surabaya, Mas Baim. Perjalanan keluar dari Surabaya begitu lambat lantaran
memang sangat bertepatan dengan waktunya orang-orang pulang kerja, mobil yang
kami tumpangi merambat perlahan, merangkak di antara puluhan bahkan ratusan
kendaraan lainnya, hingga memasuki ruas jalan menuju sidoarjo jalanan mulai
sedikit lengang karena sopir memang sudah mempunyai jalur-jalur yang ia tahu
lebih dekat jarak tempuhnya menuju lokasi yang ia tuju.
Mobil terus melaju
hingga waktu telah menunjukkan masuk waktu sholat isya’, lampu-lampu jalan
telah menghiasi kanan kiri ruas jalan dan hiruk pikuk kehidupan manusia telah
masuk pada waktu dimana kebanyakan orang menghabiskannya dengan santai karena
telah lelah seharian beraktivitas. Tak lama kemudian mobil travel memasuki
halaman sebuah rumah yang cukup luas dengan lampu jalan yang bertuliskan FLP
Cabang Sidoarjo, aku berdecak kagum, wah, keren sekali ya basecamp teman-teman
FLP Sidoarjo ini, sudah begitu besar dan sangat terekspos masyarakat luas,
letaknya yang tepat di pinggir jalan raya begitu mempermudah orang ketika
mencarinya, dan tanpa aku menghampiri dan masuk ke dalam ruangannya, telah
terlihat jelas dari luar bahkan dengan jarak sekitar 5 meter buku-buku itu
begitu banyak tertata rapi dan indah, membuat siapapun yang melihatnya segera
tergiur untuk masuk, terutama bagi mereka para penggila buku. Dari situ
bertemulah kami dengan teman-teman dari FLP Sidoarjo, yakni Pak Lukman Hadi
alias Rafif selaku Ketua FLP Cabang dan dua rekannya yakni mbak Wiwik Hafidzoh
dan mbak Nunu El-Fasa, mobil travel melanjutkan perjalanan panjangnya, sedang
kami sibuk berkenalan dan berbincang kesana kemari, aku sudah mulai merasakan riak-riak
kebahagiaan saat bertemu dengan beliau-beliau ini, mereka begitu supel dan
menyenangkan saat mengobrol membuatku betah berbincang tentang apa saja,
terlebih karena apa yang ada di pikiran kita pun tak jauh berbeda, selain
karena perbedaan usia saja yang justru membuat aku lebih mempelajari banyak
karakter manusia, terutama yang usianya terpaut lebih banyak daripadaku.
Beberapa menit kemudian
mobil travel melintas di daerah Mojosari, Mojokerto, tak jauh berbeda dengan Surabaya dan Sidoarjo, disini
kehidupan malam baru saja dimulai ditengarai dengan adanya begitu banyak
manusia dan kendaraan lalu lalang di sepanjang kiri kanan jalan, saat kami
berlima asik menikmati perjalanan sembari berbincang ringan tiba-tiba terdengar
bunyi yang cukup menghentak sekaligus sedikit menggerakkan tubuh kendaraan yang
tengah kita tumpangi, membuat semua penumpang terkejut dan panic seketika,
setelah menepi di bahu jalan, pak sopir segera mengecek keadaan mobilnya dan
ternyata bemper depan mobil sempat tercium mobil kijang hijau yang menyeberang
dari arah kanan, karena jarak yang terlalu dekat dan tukang parker kurang jeli
melihat situasi arus lalu lintas saat mengomando kijang tersebut melaju.
Setelah melakukan sedikit nego dan perbincangan serius antara sopir travel kamu
dan pengendara kijang tersebut maka usailah perkara tanpa kami ketahui apa itu
solusinya, kami berharap semua permasalahan dapat teratasi dengan kekeluargaan.
Perjalanan pun berlanjut dengan tingkat kehati-hatian sopir lebih ekstra, kami
tersenyum lega sambil sedikit bergumam, “ada-ada saja kisahnya”.
Tak lama setelah
sedikit kericuhan itu, kami semua terlelap dalam deru roda mobil yang tak henti
berputar, kami terjaga saat tiba di kota jember, disana kami seisi travel
semula dioper dijadikan satu dengan travel lain, yang membawa penumpang dari
malang, dan perjalanan pun berlanjut.
Kembali terlelap dengan
posisi seadanya sampai mobil kembali berhenti di sebuah rumah makan sebagai
persinggahan travel, disana kugunakan waktu untuk ke kamar kecil, sholat dan makan.
Posisi kami masih di pulau jawa, tepatnya daerah besuki, probolinggo, sekitar 1
jam berlalu dan perjalanan siap dilanjutkan kembali. Tepat jam 3 pagi travel
kami memasuki dermaga pelabuhan penyeberangan Ketapang, siap untuk menyeberang
bersama bebearapa kendaraan dan penumpang lainnya namun aku tidak turun dari
mobil karena hari masih larut malam, keadaan kepala yang berputar-putar karena
pusing dan juga angin laut yang begitu tak sehat maka kami hanya memandang
beriak ombak yang mencumbu karang dan tubuh kapal feri perlahan dari dalam
mobil yang mesinnya tak dimatikan ini.
Pukul 5 kami sudah
berpindah pulau, provinsi dan juga waktu, yakni di Pulau Dewata, mobil melaju
dengan begitu khidmat di sepanjang jalanan gilimanuk dan masuk perkampungan di
pesisir pantai yang masih diliputi gelap malam begitu pekat. Meski embun telah
penuh menyisakan basah di segala tempat, roda-roda mobil terus berputar seiring
gerak mentari perlahan mulai berani menampakkan sedikit demi sedikit
semburatnya di ujung timur, namun lagi-lagi harus tertahan lantaran awan yang
begitu tebal menggantung mulai menyirami bumi dengan airmata bahagianya, kami
menganggapnya ini suatu penyambutan yang sangat istimewa dari penghuni langit
di Kota Tabanan. Udara segar dan hawa dingin menelusup hingga pori-pori namun
tak sedikitpun menyurutkan kebahagiaan dan semangat kami menginjak tanah
persinggahan turis asing dari berbagai penjuru dunia ini.
Bali memang tak pernah
sekalipun membuatku menyurutkan kekagumanku saat memandangi dan mengamati tiap
ruas dan lekuk tiap sisinya, dari semua aspek dia masih menjadi juara, mulai
dari keindahan tiap-tiap panorama alamnya, pantai, bukit, pegunungan, hutan,
lembah dan juga dari budaya, orang-orang Bali masih menjunjung tinggi
kebudayaan leluhur mereka, hal ini berkaitan erat dengan agama, karena di
setiap rumah mereka, penduduk asli hindu, selalu dilengkapi dengan
cungkup-cungkup tembat mereke menyembah dewa, ritual mereka bersembahyang.
Dengan rutinitas yang tak pernah mereka tinggalkan di setiap harinya hingga
semerbak aroma sesajen bertebaran di sepanjang jalan, tak terkecuali di
pertokoan atau di tempat umum lainnya. Namun meski begitu, penduduk disini
menjunjung tinggi toleransi antar agama, mereka sangat menghormati kami para
kaum muslim, bahkan kami pun tak perlu terlalu susah mencari masjid karena
sudah banyak sekali kami temui terlebih di kota besar seperti Denpasar ini yang
juga sebagai ibukota provinsi.
Setelah mengantar semua
penumpang lain ke tujuan masing-masing, tinggallah kami berlima yang diantar
menuju hotel Green Villas, hotel dimana para delegasi MUNAS 3 FLP menginap
selama serangkaian kegiatan berlangsung. Pukul 09.30 WITA, kami telah mendarat
di resepsionis hotel dan melakukan registrasi, satu lagi momen berkesan yang
tak terlupakan, namaku tak ditemukan di daftar nama delegasi putri, apa iya sih
namaku ini berbau-bau jantan begitu? Hehehe J lumayan lah
buat penghibur rasa lelah kami setelah berjam-jam diatas roda, satu yang
kusyukuri dari kejadian tersebut adalah akhirnya aku ditempatkan sekamar dengan
mbak Naqiyyah Syam dari Lampung, beliau penulis cukup senior dan saat ini
menjadi Ketua Wilayah Lampung, sebuah keajaiban sangat bukan bisa sekamar
dengan beliau J
Alhamdulillah.
Karena kami peserta
delegasi yang dating paling awal, jadi masih ada waktu untuk istirahat sejenak
dan mungkin bisa mencicil rekreasi sebelum disibukkan dengan setumpuk jadwal
yang amat padat, lelah dan letih yang bertumpukan tak karuan mengantar kami untuk
cek in dulu dan mengistirahatkan sejenak jiwa dan raga kami di kamar hotel
masing-masing, yang mana teman sekamar kami belum ada yang datang, setelah
istirahat cukup, membersihkan diri, sehabis dluhur kami putuskan untuk keluar
jalan-jalan sekedar menikmati pantai di siang hari, berjalan kakilah kami
berlima menuju pantai terdekat, pantai indah yang sangat dekat dengan bandara
internasional Ngurah Rai dan cukup dekat dengan pantai kuta, namun masih sepi
akan pengunjung. Sambil memainkan kaki dengan ombak-ombak kecil yang
berkecipak, kami susuri sepanjang pantai melewati berbagai hotel, resor dan
restoran, hingga sampailah kami di pantai kuta, saat itu disana baru saja
selesai diadakan upacara Ngaben, bahkan mbak Nunu sempat wawancara singkat
dengan salah satu dari mereka yang mengikuti upacara tersebut. Di salah satu hotel
yang kita lewati juga ada pesta yang berisikan orang-orang bule, kami kurang
faham entah pesta ulang tahun ataukah pernikahan, karena mau dibilang
pernikahan tapi kami tak menemukan mempelai prianya, mau dibilang ulangtahun
tapi gaunnya persis seperti gaun-gaun pengantin eropa modern, entahlah, tidak
usah dipikir juga kali ya J. Setiba di sudut ujung pantai kuta,
lelah mulai menguasai tubuh dan kaki-kaki kami, maka rencana menunggu sunset
pun dibatalkan dan kami memutuskan segera kembali ke hotel, karena kaki-kaki
kami tak memungkinkan untuk diajak bertugas lagi, maka taxi menjadi pilihan
paling tepat untuk transportasi pulang ke hotel.
Setelah beristirahat
cukup dan membersihkan diri, tepat waktu maghrib, mbak Naqi dan temannya, mbak
Desty, teman sekamarku datang, ternyata mbak Naqi juga mengajak serta putra
bungsunya, Fatih, wah, bakalan menjadi hari-hari penuh keceriaan ini pastinya,
pikirku dalam hati. Setelah mereka sudah bersih dan rapi, kami siap menuju aula
hotel untuk mengikuti sarasehan dan silaturahmi para peserta MUNAS 3 FLP 2013,
dan malam itu melanjutkan serangkaian kebahagiaanku dan mengantarku pada
sederet kebahagiaan yang lain. Aku bertemu dengan orang-orang keren,
orang-orang hebat, pejuang-pejuang tinta, pahlawan kata, yang pastinya sangat
berbakat, mulai dari ketua FLP Pusat Mbak Izzatul Jannah, Kang Abik
(Habiburrahman El-Shirazy) beserta istri, Gol A Gong, Irfan Hidayatullah, dan
masih banyak sekali yang lain, yang unik ialah saat berkenalan dengan mbak
Izzatul Jannah, beliau memperkenalkan diri dengan nama IJ, aku sama sekali tak
menyangka dan tak mengerti kalau beliau itulah penulis dari buku-buku yang
sebagian besar tertata di lemari bukuku di rumah, baru setelah beberapa saat
duduk bersama aku mulai mencerna dan wow.., aku merasa begitu bahagia saat itu.
Di malam itu, di event makan malam sebelum sarasehan itu, aku bagaikan
bermimpi, aku makan malam satu meja dengan mbak IJ, istri Kang Abik dan
penulis-penulis lain yang tak kalah kerennya.
Acara sarasehan dan
silaturahmi malam itu begitu indah, hangat dan sangat mempesona, semua peserta
MUNAS dipersilahkan untuk memperkenalkan diri, sekaligus wilayah maupun cabang
yang mengutusnya, selain itu juga memperkenalkan karya-karya apa sajakah yang
telah ditelurkan, mulai dari sabang sampai merauke ada, bahkan sampai ke FLP
Saudi Arabia dan Hongkong pun hadir. Aku tak menyangka aku ikut maju
memperkenalkan diri, karena sungguh aku mati kutu, aku sempat merasa minder di
hadapan mereka semua yang ada dalam ruangan itu, namun saat FLP Wilayah Jawa
timur dipersilakan, mbak wiwik dan mbak nunu segera memanggilku untuk ikut
maju, saat itu aku mencari-cari mas baim, sebagai sesame delegasi dari cabang
Surabaya, tapi sosoknya tak jua muncul, maka aku pun maju bersama teman-teman
delegasi dari jombang, malang, dan pamekasan yang saat itu sudah hadir. Saat
itu bunda sinta yudisia sebagai ketua wilayah jawa timur belum hadir maka
perkenalan diwakili oleh pak lukman, ketua cabang sidoarjo. Wow, akhirnya aku
menampakkan muka di hadapan mereka orang-orang super itu J
Alhamdulillah.
Di akhir perkenalan
demi perkenalan berlangsung, tampillah sosok yang paling keren di jagad FLP,
yakni teh maimon herawati, beliau adalah pendiri FLP bersama dengan bunda helvy
tiana rosa dan mbak asma nadia. Beliau menyampaikan sedikit kalimat tentang
FLP, tentang motivasi, tentang cinta, tentang keluarga, mimpi juga harapan FLP,
semangat beliau begitu menggeliat menyaksikan sekian orang kurang lebih
seratusan orang dengan wajah-wajah penuh bingar-bingar perjuangan pena dan tinta
di bawah bendera FLP. Malam itu malaikat telah menyaksikan seisi ruangan aula
hotel greenvillas bersiap bertempur bersenjatakan pena dan tinta. Allahu akbar!
Sampai acara selesai
tak jua kutemui batang hidung rekan se-cabangku itu di ruangan mulia ini, dan
saat aku sudah kembali ke kamar, baru ponselku berbunyi menandakan satu pesan darinya,
mengabarkan bahwa dia sangat menyesal karena terlalu lelah, hingga terlelap dan
melewatkan acara perdana MUNAS tersebut, yaah mau bagaimana lagi ini semua juga
bukan keinginan dia, setidaknya malam ini belum ada materi penting yang
disampaikan hingga tak takut ketinggalan hal penting. Malam itu aku siapkan
mimpi-mimpi indah untuk tiga hari ke depan. Aku, mbak naqi, mbak desty dan
faith (putra bungsu mbak naqi) tidur dalam suasana keluarga baru, hangat dan
indah, kusiapkan tenaga untuk pembukaan MUNAS esok harinya yang pasti jauh
lebih menakjubkan.
Pagi-pagi sekali aku
sudah bersiap rapi untuk segera berkumpul di lobi hotel, setelah sarapan
terlebih dahulu tentunya. Acara pembukaan MUNAS diadakan di hotel lain yang
masih berada di daerah denpasar, hotel shanty namanya, lantaran setelah
pembukaan langsung dilanjutkan dengan seminar umum. Pukul tujuh bis berangkat
menuju hotel shanti, dalam perjalanan istimewa ini aku bersanding dengan mbak
sinta yudisia, mbak naqi dan mbak desty, sungguh momen yang indah. Setelah kami
registrasi dan menerima souvenir serta snack dari panitia penerima tamu, kami
berbaris memasuki aula hotel shanty untuk mengikuti pembukaan MUNAS 3 FLP,
acara berlangsung begitu khidmat, mulai dari pembukaan, pembacaan ayat suci
al-qur’an oleh salah satu sahabat FLP, kemudian dilanjutkan dengan tarian
wirayudha, tarian khas bali yang memang dipersembahkan dalam acara- acara
penyambutan tamu, kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, sambutan
pertama oleh mbak intan savitri selaku ketua umum FLP periode 2009-2013,
kemudian sambutan kedua oleh pak mabruri, sebagai wakil dari kementrian
KOMINFO, lantaran pak Tifatul Sembiring berhalangan hadir. Sambutan ketiga oleh
perwakilan dari pemerintahan kabupaten denpasar, sambutan yang ketiga inilah
sekaligus membuka secara resmi perhelatan akbar MUNAS 3 FLP ini, dengan memukul
gong tiga kali maka resmi sudah MUNAS 3 ini dibuka. Sambutan mbak intan
memberikan beberapa info tentang FLP, para laskarnya, sekaligus sepak
terjangnya yang sudah merambah luas dengan begitu pesat, sambutan pak mabruri
berisikan bagaimana pentingnya sastra, kepenulisan dan peran aktif para
generasi penulis muda ini sangatlah penting dalam mengikuti derasnya arus
perkembangan zaman yang semakin dikuasai oleh teknologi canggih dan modern,
mengingat perintah pertama Allah yang diturunkan pada Rasulullah ialah membaca,
maka bagaimanapun kita sebagai generasi penerus bangsa harus pandai dan teliti
dalam membaca situasi dan kondisi Negara bahkan dunia itu dengan pena, kami
lascar tinta mampu menggenggam dunia seisinya. Sedang perwakilan dari bupati
denpasar menyampaikan begitu merasa tersanjung dengan dijadikannya Bali sebagai
tua rumah perhelatan akbar ini, hal ini tentu berpengaruh besar pada
peningkatan segala aspek dalam perkembangan provinsi bali, merupakan sebuah
kehormatan telah mendapat kunjungan orang-orang hebat dari segala penjuru
Negara bahkan juga dari mancanegara, hal ini sungguh sebuah kebanggan
tersendiri bagi kota denpasar.
Tibalah pada acara
puncak hari itu yakni seminar umum “Quo vadis penulis di era digital” dengan
pembicara yang sangat berkompeten dalam masing-masing bidangnya, seminar ini
dimoderatori oleh mantan ketua FLP periode 2005-2009 yakni kang irfan
hidayatullah dan empat pembicara yakni Kang Abik, Oka Rusmini (Sastrawati
Bali), Pak Mabruri (wakil dari Menkominfo) dan Pak Hary (Presdir PT. Telkom
Indonesia). Seminar berlangsunng begitu menarik, namun tetap khidmat, betapa
banyak sekali ide-ide baru yang bermunculan dari perbincangan orang-orang hebat
pemerhati sastra, budaya dan perkembangan zaman di negeri Indonesia ini,
diantaranya ialah, pak hary sebagai komandan di Telkom memberitakan sebuah
aplikasi baru yang sangat membantu dan mendukung sepak terjang para pembaca dan
penulis, yakni www.qbaca.com.
Aplikasi ini membantu mempublikasikan karya-karya kami dan mempermudah para
pembaca dalam menemukan buku-buku yang mereka cari. Kepada FLP beliau
menyatakan telah siap member kuota khusus pada para penulisnya.
Ringkasan kesimpulan
isi seminar tersebut :
-
Pak Hary : Permasalahan FLP sampai saat
ini diantaranya adalah wilayah yang luas sehingga menghambat proses distribusi,
dan seharusnya FLP fokus berkonsentrasi pada penerbitan dan lebih utamanya pada
kualitas dan kuantitas anggota. Telkom telah memberi peluang besar dalam
pendistribusian karya melalui aplikasi terbarunya yakni Qbaca.
-
Oka Rusmini : Menjadi seorang penulis
tak usah takut tidak terkenal, teruslah menulis dan berkarya, karena jika anda
rajin berkarya dan karya anda bagus maka dunia mencari anda, dan perhatikanlah
budaya yang ada karena karya sastra yang baik ialah budaya.
-
Kang Abik : FLP Berbakti untuk diri, orangtua dan Negara. Berkarya melalui tulisan dan juga tingkah laku yang bermanfaat
untuk orang lain. Berarti karena
sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Jangan
terlalu terpaku pada perbedaan-perbedaan yang ada. Ingatlah saat menulis, jaga
sikap dan perilaku kita, karena Allah akan melaknat orang-orang yang mengatakan
(bisa diartikan menuliskan) suatu kebaikan namun dia sendiri meninggalkannya.
-
Pak Mabruri : Di era digital ini semua
TV Analog akan menjadi TV Digital. Kehadiran FLP di tengah masyarakat yang
sudah kaya akan teknologi diharapkan mampu melayani kebutuhan mereka dengan
media yang ada.
-
PT. Telkom akan bekerja sama dengan
perpustakaan umum dalam mengelola literature-literatur yang telah
terdokumentasi sedemikian rupa supaya mengikuti perkembangan teknologi yang
ada.
-
Tujuan menulis di era digital :
Meliterasikan dunia digital dan memultimediakan literasi pada masyarakat luas
dengan tujuan mencerdaskan bangsa.
Acara berakhir pukul
11, peserta ikhwan segera bergegas menuju masjid untuk menunaikan sholat jum’at
dan peserta akhwat kembali ke hotel green villas dengan bis pengantar, tentunya
setelah puas berpotret ria sana-sini, aku sangat bahagia karena mendapat
kesempatan sedikit untuk mengobrol langsung dengan mbak Oka, sang sastrawati
Bali itu, setelah kuperkenalkan diri dan menyebutkan Surabaya sebagai asalku
beliau langsung beralih bahasa, bahasa arek suroboyoan tulen, dia bilang
suaminya sekarang bekerja di Surabaya, tapi tepatnya dimana kurang jelas karena
sudah diserobot pertanyaan teman-teman delegasi lain. Perjalanan pulang dari
hotel Shanti ke Grand Villas begitu bermakna, karena aku mendapat teman satu
bangku dengan Bu Najmi, istri Pak Hary, Presiden Direktur PT. Telkom dari
Bandung, beliau merupakan seorang istri dan ibu yang sangat penyayang, setia
dan sungguh istimewa, kemanapun Pak Hary bertugas, beliau selalu setia
mendampingi, tanpa mengesampingkan hobi asli beliau berdua yakni bersepeda. Bahkan
sebelum menghadiri pembukaan MUNAS ini pun mereka telah menyempatkan bersepeda
ke pesisir pantai kuta berdua dengan sepeda sewaan dari hotel, per dua jamnya
35.000. Ibu tiga anak ini masih tampak sangat cantik dan enerjik, setelah
bercerita panjang lebar ternyata beliau mempunyai riwayat yang unik,
berkebalikan denganku, beliau seorang sarjana sastra inggris UPI Bandung yang
dulunya sempat bermimpi menjadi mahasiswi Arsitektur, jurusan yang kini tengah
memelukku erat. Wow, betapa dunia ini begitu unik dan indah, keadaanku yang
seperti ini ternyata justru ada orang lain yang mengalami kebalikannya persis. Hal
ini semakin membuatku cepat akrab dengan beliau. Sayangnya bis telah tiba di
hotel dan itu tandanya kami harus berpisah lantaran hotel tempat beliau
menginap berbeda dengan hotel kami. Setelah bertukar nomor HP dan nama FB aku
pun turun dan menuju kamar 1038, kamar hotel dimana aku menginap.
Setelah makan siang dan
sholat dluhur, acara dilanjutkan dengan pembahasan sidang, Tatib dan Laporan
Pertanggung Jawaban oleh DP dan BPP FLP 2009-2013 dilanjutkan dengan pembagian
komisi, komisi A membahas AD/ART, komisi B membahas kaderasasi dan komisi C
membahas bisnis dan usaha, pembagian dilakukan oleh ketua wilayah masing-masing
dan aku mendapatkan bagian di komisi A yakni pembahasan AD/ART. Seusai istirahat
maghrib dan isya’, kami menyantap makan malam dan dilanjutkan dengan sidang di masing-masing
komisi di tempat yang berbeda-beda, malam itu pembahasan AD ART menempati
peringkat terakhir dalam waktu, karena memang butuh pemikiran mendalam dan
begitu banyak yang dibahas, maka sidang di komisi ini berakhir larut malam
sekitar setengah dua, namun aku merasa sangat bahagia karena begitu banyak ilmu
yang kudapatkan dari momen berharga ini, bagaimana tidak, saat para peserta
sidang mulai lelah dan mengantuk, bunda Helvy Tiana Rosa, sang penggagas utama
FLP, hadir dan menyempatkan diri bergabung dala sidang ini hingga selesai, aku
yang saat itu mendapat tempat duduk di belakang begitu antusias saat beliau
memutuskan duduk di kursi di belakangku. Aku berkesempatan sebagai orang
pertama yang menyalami beliau dalam ruangan ini, betapa tidak beliau yang
biasanya hanya bisa kusaksikan nama dan fotonya, hanya bisa kunikmati jutaan
tulisannya, hanya bisa mendengar suaranya di rekaman video atau tayangan televisi,
kini sosoknya berdiri tegap di hadapanku, lalu duduk tenang di belakangku,
dengan kewibawaan penuh, begitu bersahaja, bagaikan mimpi, mala mini semua
teraba nyata tanpa ilusi, bahkan dalam kebahagiaan tiada terkira ini, semalaman
tak tidur pun aku sanggup. Lihatlah, beliau penulis nasional bahkan sudah
mendunia itu, kini bersamaku! Sungguh ini sedikit sulit dipercaya! Malam itu
aku semakin susah memejamkan mata, mungkin ini malam terpanjang dalam riwayat
hidupku. Alhamdulillah.
Pagi-pagi sekali aku
sudah bersiap diri melanjutkan hari-hari indah penuh bunga-bunga bermekaran dengan
sangat riang. Setelah sarapan, sidang dilanjutkan dengan sidang pleno, mulai
dari pleno AD ART, pleno kaderisasi, dan pleno bisnis usaha, sidang pleno AD
ART dipimpin oleh pimpinan sidang komisi semalam, yakni rekan delegasi dari
wilayah Sulawesi Selatan, didampingi oleh Mbak Umi kulsum, selaku jajaran
pimpinan sidang utama, pagi sampai dluhur sidang berlangsung sedikit kurang
kondusif dan kurang terkendali, lantaran jarak pimpinan sidang dengan seluruh
audience kurang terorganisir dengan baik, maka diputuskan untuk break sejenak
guna menata formasi audience dengan disesuaikan pengelompokan masing-masing
wilayah, sehingga ketika sebuah pendapat diutarakan, maka sudah terkendali oleh
wilayah setempat. Sehingga sidang bisa berjalan dengan khidmat, lancar, dan
terarah. Usai sidang pleno AD ART, ishoma sholat dluhur, lalu dilanjutkan
dengan pleno kaderasisasi dan bisnis usaha.
Usai ashar tibalah momen
yang dinanti-nanti yakni pemilihan dewan pertimbangan dan calon-calon ketua
umum. Seluruh hadiri sangat antusias mengikuti sesi ini hingga akhirnya
terputuskan Dewan Pertimbangn FLP 2013-2017 ialah :
1.
Helvy Tiana Rosa
2.
Asma Nadia
3.
Maimun Herawati
4.
Irfan Hidayatullah
5.
Intan Savitri
6.
Gol A Gong
7.
Habiburrahman El-Shirazy
Sedangkan calon-calon
ketua umum FLP periode 2013-2017 ialah :
1.
Sinta Yudisia
2.
Habiburrahman El-Shirazy
3.
Intan Savitri
4.
Yanuardi Syukur
Voting pun dilaksanakan
dengan khidmat, FLP memang sebuah organisasi yang menjunjung tinggi nilai
demokrasi, selain daripada itu, aturan-aturan pemilihan ketua umum juga telah
terperinci dijelaskan dalam ART, dengan ketentuan musyawarah lalu voting,
sebelumnya keempat calon dipersilahkan untuk menyampaikan visi dan misi jika
menjadi ketua umum. Setelah divoting maka muncullah nama dalam peringkat paling
tinggi ialah Sinta Yudisia, disusul oleh Kang Abik dengan hanya selisih 3
suara, kemudian mbak Intan Savitri dan yang terakhir Yanuardi Syukur. Karena ketentuan
suara yang diambil sebagai pemenang ialah jika jumlahnya mencapai ½ + 1,
sedangkan perolehan suara mbak Sinta belum mencapai angka yang ditentukan maka
setelah melalui musyawarah, diputuskan bahwa kedua kandidat kuat untuk
musyawarah melobi, maka diberilah waktu 10 menit kepada mereka untuk berdiskusi
tertutup dan jawaban yang dinanti-nanti ialah mbak Sinta Yudisia lah yang
keluar menjadi Ketua Umum FLP periode 2013-2017 dengan segala pertimbangan yang
telah dibahas matang-matang. Acara petang itu makin meriah hingga tiba momen
serah terima jabatan oleh ketua umuk lama, mbak Intan Savitri kepada mbak Sinta
Yudisia, ketua umum terpilih 2013-2017. Setelah itu segenap hadirin secara
khidmat menyimak pidato perdana ketua umum terpilih, kemudian dilanjutkan
dengan pembahasan rencana-rencana lokasi Munas ke-4 tahun 2017, kemudian
pembacaan surat rekomendasi dari komisi Kaderisasi dan bisnis usaha kepada
ketua umum terpilih 2013-2017.
Malam itu, semua laskar-laskar
FLP beristirahat dengan wajah-wajah sumringah dan semangat baru yang terpompa
kuat dan mimpi-mimpi yang tinggi menjulang begitu indahnya. Hari itu ada
beberapa hal yang cukup menjadi selingan juga perhatian besar pada seluruh
peserta dan juga panitia untuk tak melupakan satu yang paling penting ialah
kesehatan, saat ishoma maghrib rekan delegasi dari FLP cabang Jombang terkulai
lemas saat keluar ruangan hendak kembali ke kamar hingga harus dibopong empat hingga
lima akhwat lain untuk menyadarkannya. Memang tanpa kesehatan optimal dan
kekuatan tubuh maka jiwa ini tak ada daya dan pikiran pun kurang mampu bekerja
sempurna. Malam harinya saat pembacaan rekomendasi komisi kaderisasi, Pak
Alimin, pimpinan sidang, juga terjatuh tertunduk di tengah-tengah jalannya
acara, mengejutkan semua orang dalam ruangan itu, betapa tidak, beliau yang dua
hari berturut-turut tak beristirahat tersebut memang matanya sudah sangat
merah, antara menahan lelah dan kantuk karena begitu kuat keinginannya memimpin
sidang hingga usai tanpa memperdulikan kesehatannya yang sudah tak mampu
mengimbangi niat mulianya. Penulis boleh giat! Tapi pada kesehatan tubuh juga
harus ingat!
Pagi ini masih penuh
semangat dan gelora tekad literasi masih membara, kami lascar FLP dari seluruh
penjuru bumi bergerak dari hotel selepas subuh, menuju pantai, berjalan kaki
bersama-sama. Pertama, untuk mensyukuri nikmat Allah berupa pemandangan alam
yang begtu indah dan menakjubkan. Kedua, untuk semakin meningkatkan eratnya
tali silaturahmi antar saudara sesama laskar FLP. Ketiga, memang agenda acara
hari ini ialah travel writing pantai kuta, dengan tema “Suara Penulis untuk
Indonesia” dan sub tema 1. Advokasi Penulis Indonesia 2. Apresiasi Penulis dan
Pemerintah 3. Peduli Penulis untuk Mesir. Kami kurang lebih 150 orang berkumpul
melingkar di tepi pantai dan menulis bersama dalam 10 menit melalui twitter
yang sengaja dimentionkan kepada Presiden SBY atas nama Suara Penulis
Indonesia, hal ini merupakan pengalaman paling membuat bulu kuduk berdiri
merinding, betapa ketika jutaan kata meluncur bersama dengan niat sama, tujuan
mulia, dan tekad kuat membara. Tak lupa potret memotret selalu menjadi sesi paling
wajib dari semua yang wajib karena tanpa dokumentasi apalagi yang bisa menjadi
bukti :)
hehehe…
Kembali ke hotel kami
sarapan, mandi, kemudian bersiap packing karena siang ini sudah cek out, pukul
09.00 acara penutupan diisi dengan seminar internal bertema “Revitalisasi
Organisasi FLP di Dunia Literasi” dengan pembicara yang tak kalah kerennya disbanding
sewaktu pembukaan kemarin lusa, yakni mbak Intan Savitri, Bang Gol A Gong, Kang
Irfan Hidayatullah, Bunda Helvy Tiana Rosa, dan Bunda Sinta Yudisia, seminar
ini berjalan lancar dengan moderator oleh Sudiyanto. Dalam seminar ini murni
pembahasan tentang perkembangan FLP di Dunia Literasi, begitu banyak
permata-permata kader yang siap ditempa, siap dipoles dan siap terbit dengan
karya-karya yang sangat memukau dan menakjubkan dari organisasi literasi
terbesar dan terkuat di Indonesia ini, dengan tiga asas kuat yakni keislaman,
keorganisasian, dan kepenulisan berpegang teguh pada motto kuat, berbakti,
berkarya, berarti, bersama 31 wilayah yang beranggotakan dua ribuak orang di
seluruh penjuru dunia, FLP siap menggenggam dunia dengan bersenjatakan pena dan
beramunisikan tinta. Dalam seminar internal ini juga dihadiri oleh santri Kang
Abik sekaligus actor ternama yang sudah taka sing lagi di mata masyarakat,
yakni Kholidi Asadil Alam yang lebih dikenal dengan Azam, dia menyatakan siap
menjadi Duta FLP dan siap membantu mengibarkan bendera FLP melalui jalur yang
ia tekuni saat ini. Ia juga mengakui akan kehebatan penulis-penulis yang lahir
dari FLP. Acara berikutnya ialah Anugerah Pena, momen ini juga dinanti-nanti
oleh seluruh peserta Munas 3 dan berikut Peraih Pena Award Munas 3 FLP 2013 ini
:
-
Penulis Terpuji : Afifah Afra
-
Kumcer Terpuji : Bulan Celurit Api,
Benny Arnas
-
Novel Terpuji : Takhta Awan, Sinta
Yudisia
-
Non-Fiksi Terpuji : Terapi Kejujuran,
Yanuardi Syukur
-
Pendatang Baru Terpuji : Masdar Zainal
-
Puisi Terpuji : Rembulan Pun Meluruh di
Reranting Perak
-
Wilayah Terpuji : FLP Jambi
-
Cabang Terpuji : FLP Depok
Acara terakhir ini
ditutup dengan doa yang lagi-lagi dipimpin oleh Kang Abik. Di seluruh rangkaian
acara Munas ini, memang doanya selalu beliau yang mempimpin. Subhaanallah.
Tibalah saat yang tidak
diharapkan namun tak dapat dipungkiri yakni cek out, itu berarti kami semua
juga harus berpisah tentunya tidak untuk selamanya. Karena Munas telah selesai
namun persahabatan dan kekeluargaan ini takkan usai, selalu terekam jelas semua
momen-momen indah dan menakjubkan itu di otak dan pikiran kami semua.
Usai sholat dluhur, aku
resmi keluar dari kamar, berpamitan dengan mbak Naqi dan mbak Desty setelah
menodong buku karyanya lengkap dengan tanda tangann beliau langsung. Dengan berat
hati aku berpisah dengan mereka, dengan mimpi-mimpi perjumpaan kembali, ku
beranjak dengan mata berkaca lalu berkumpul dengan teman-teman Jawa Timur untuk
bersiap pulang, tak lupa kami berpamitan dengan mbak Sinta Yudisia untuk pulang
lebih dulu, dan dengan diiringi lambaian tangan selamat tinggal dan sampa jumpa
dari rekan-rekan lain kami langkahkan kaki menjauhi mereka menuju taxi yang
membawa kami mrnuju krisna, pusat oleh-oleh khas Bali, sembari menanti jemputan
travel, aku, mas Baim, Pak Rafif, Mbak Wiwik, Mbak Nunu, dan Mbak Friliya
memanfaatkan waktu untuk berburu oleh-oleh dengan sisa uang saku seadanya
kumanfaatkan sebaik-baiknya yakni memaksimalkan oleh-oleh dengan tepat
secukupnya.
Pukul tiga sore travel
yang mengantar kami telah siap, maka kami pun mulai beranjak perlahan
meninggalkan kota Denpasar, entah lantaran sugesti atau memang kenyataan
adanya, kenapa perjalanan pulang selalu lebih cepat disbanding sewaktu
berangkat, mobil melaju dengan tenang namun cekatan, menyusuri ruas-ruas
jalanan Bali, perlahan meninggalkan Denpasar, saat tiba di daerah Tabanan, hari
telah petang, saat mobil melaju dengan cekatannya, tiba-tiba terjadi sesuatu
yang membuat panic seisi travel, bagaimana tidak, pintu bagasi terbuka
tiba-tiba dan membuat dua tas besar terjatuh dengan sukses, untungnya beberapa
penduduk sekitar segera membantu dengan sigap, seorang pengendara motor telah
mengantar dua tas yang terjatuh kepada mobil travel kami yang berhenti di tepi
jalan, meskipun di kedua tas tersebut berisikan laptop namun Alhamdulillah setelah
dicek, tak terjadi apa-apa dengan kedua laptop itu, maka perjalanan pun
berlanjut dengan kehati-hatian ekstra, aku terlelap dalam lelah dan terjaga
saat travel berhenti di rumah makan yang berada tak jauh dari dermaga
gilimanuk, sebagaimana waktu berangkat, di rumah makan ini aku sholat maghrib
isya’ kemudian makan malam yang telah disediakan disana.
Perjalanan kembali berlanjut
dengan tenang dan begitu cepat, tanpa terasa sudah sampai di penyebrangan, aku
lagi-lagi memutuskan untuk tidak turun karena hari sudah larut malam dan
kondisi tubuh yang tidak memungkinkan, lelah tiada terkira, sejak dari
pelabuhan itu, ponsel di genggaman tanganku lepas entah kemana larinya, aku sangat
bingung, namun setelah kupikir, tak mungkin jika tertinggal di rumah makan,
maka ketika hari mulai terang, setelah menurunkan teman-teman sidoarjo kemudian
di terminal Purabaya menurunkan dua rekan dari Jombang dan Bangkalan itu,
kuputuskan mencari dengan perlahan, di bawah kursi tempat aku duduk, ponsel
ditemukan oleh Mas Baim, jadi sedari tadi ia tergeletak manis di bawah sana
dalam keadaan mati. Mobil travel terus melaju hingga tibalah menuju rumah, saat
itu waktu menunjukkan setengah tujuh dan Alhamdulillah aku mendarat dengan
sempurna di dalam kamar tercinta tanpa kurang tiada satupun bahkan justru
membawa sejuta pengalaman, kenangan dan siap memupuk ribuan mimpi indah
terbentang. Dan perjalanan pun usai di senin pagi yang sangat indah itu.
Sekian kisah MUNAS 3
FLP 2013 di Denpasar, Bali versi IHDINA SABILI (FLP Cabang Surabaya)
![]() |
Semua sibuk mengabadikan perhelatan akbar ini |
![]() |
FLP milik kita bersama (Mbak IJ dan Mbak Sinta) |
![]() |
Bersama Bang Benny Arnas, smoga bisa mengikuti jejaknya :) |
![]() |
Me and my best roommate |
Di tengah hiruk pikuk menjelang pembukaan MUNAS |
![]() |
Silaturahmi dan sarasehan di malam pertama |
Bersama Bu Najmi berbagi kisah berbagi cinta :) |
Komentar
Posting Komentar