17 Maret 2013



Hari ini merupakan hari yang sangat berarti buatku, bagaimana tidak, hari ini kali pertamanya aku menunjukkan cintaku di depan cinta keduaku, kubuat ia cemburu buta, kutunjukkan padanya bahwa ia bukanlah yang pertama yang mengisi ruang kalbuku, yang mencuri hatiku, yang menguasai mimpiku, bahkan aku mampu memperkenalkannya di kehidupanku yang baru ini.

Tepat jam 12 siang aku berdiri di hadapan sejumlah orang-orang penting di jurusan Arsitektur ITS yang sedang bersuka cita atas keberhasilan para mahasiswa menyelesaikan studinya baik strata satu, dua maupun tiga. Hal yang membuatku takkan melupakan momen ini lantaran aku tak hanya berdiri, namun aku mempersembahkan sebuah ekspresiku yang tulus murni terlahir dari benak yang suci ini, secuil bait dari puisi “JEJAKMU” yang baru usai kurampungkan semalam. Mungkin puisiku tak begitu istimewa, namun sungguh aku tak mampu berbohong, aku sangat rindu membaca puisi, dan dengan performance tadi aku merasa sangat senang dan bahagia.

Aku hampir lupa, kapan terakhir kali aku membaca puisi di depan orang banyak, yang aku ingat saat aku membaca puisi saat aku masih berada di penjara suci Langitan tahun kedua, kelas dua tsanawiyah, saat itu acara haflah akhirus sanah kakak kelasku, aku membacakan puisi perpisahan bersama tiga pembaca yang lain, yakni mbak masnunatin na’imah yang baru saja dua bulan yang lalu menikah, mbak ida isti’anah, adiknya ummi ummu lathifah, mbak jamilatun nafisah, yang menjadi pengantin wisuda di malam itu.

Saat nyantri di mazro’atul Fattah, siman, aku juga tak jarang membaca puisi, namun hanya di hadapan para guru dan sahabat sendiri, namun yang harus aku syukuri, aku sangat lega dengan rindu yang tersalurkan ini.

Puisi itu hanya paduan dari beberapa huruf yang membentuk kalimat yang bermakna, adapun untuk mengukur indahnya itu hanya jika telah dibaca, didengar ataupun dihayati, karena puisi itu relative dan cenderung subyektif.
Bagaimana tidak, jika ada sepasang kekasih yang tengah dilanda masalah, yakni si wanita dituduh si pria telah selingkuh dengan mantannya, lalu si wanita membuat sebuah puisi tentang jatuh cinta, apa yang akan terjadi? Reaksi sang pasangan akan semakin marah menduga bahwa puisi itu dipersembahkan untuk sang mantan, karena dalam memahami sebuah puisi juga butuh memahami situasi, waktu dan pencipta puisi tersebut, sebagai pembaca, ia hanya menikmatinya, namun sebagai manusia biasa, saat membaca sebuah kalimat istimewa seperti itu, pasti akan memunculkan sejuta prasangka dan respon.

Begitu juga dengan aku saat membacakan puisi siang tadi, aku sebagai pencipta puisi lebih mengetahui segala sesuatu tentang puisi tersebut ketimbang semua pendengar yang hadir di situ, namun bukan berarti aku melarang mereka untuk menyimpulkan apapun tentang puisiku, karena itu juga hak mereka.

Suara hatiku yang paling dalam ialah merdeka, lepas dan bebas saat membacakan puisi itu, bukan karena puisinya yang mengharukan, karena itu pasti, bukan karena mereka yang menyimak adalah orang-orang hebat dan pilihan, karena itu juga tentu, namun karena kerinduanku sungguh terbayarkan, dengan aku berekspresi melalui kalimat-kalimat yang kuuntai aku merasakan hidup kembali, serasa mendapatkan suntikan imunisi dari sahabat-sahabat keluarga bekicot atas kepercayaan mereka mengamanahkan pembacaan puisi ini di hadapan para tamu undangan wisuda 106.

Sahabat, aku sangat menyayangi kalian, kalian sungguh memahami hatikul keinginanku, serta cinta sejatiku, terimakasih atas kepercayaan dan perhatian kalian, itu sungguh rinduku, cintaku, nafasku dan hidupku.

Terimakasih atas semuanya kepada keluarga besar Arsitektur ITS, aku sayang kalian karena telah sudi mendengarkan secuil jerit dari seorang mahasiswi semester dua yang masih sering terombang-ambing dalam kegalauan, aku yakinkan dalam hati mulai hari ini, aku akan penuhkan cintaku untuk pendidikanku ini, aku akan fokuskan perhatianku padanya, akan kuberikan seluruh hatiku untuk mengabdi padanya.

Aku tahu semua ilmu itu indah dan baik, dan semua ilmu yang baik itu sumbernya tiada yang lain hanyalah dari Sang Maha Ilmu, jadi aku akan patrikan dalam hati bahwa arsitektur adalah jalanku, dan aku kini mencintainya sebagaimana aku mencintai dunia tulis menulis, lebih tepatnya sekarang lebih ke sastra.

Allah…
Terimakasih atas segala keindahanMu yang terpampang jelas di hadapanku, terimkasih atas semua anugerahMu yang tak mungkin kuragukan lagi, terimakasih atas cintaMu yang tak mugkin kukendurkan.
Alhamdulillah.
Demikian kusertakan catatan ini dengan kutipan puisi yang kubaca di acara wisuda tadi :

Betapa langkah muliamu terpatri jejak abadi
Dan seluruh kenangmu tak terlupa takkan terganti
Sejuta untai kisahmu menjelma sejarah
Namun hati nuranimu takkan enyah
Senantiasa teringat semua tentang kita
Kawan, mungkin aku tak segalanya bagimu
Namun ketahuilah kau begitu berarti bagiku

Untuk menghias hari yang penuh suka cita ini, selepas dluhur aku bersama 5 sahabatku melancong mencari sup buah, berhubung penjual sup buah yang biasa kami kunjungi sedang tutup dan kiosnya dibongkar lantaran banjir beberapa hari yang lalu, maka kami berenam melanjutkan perjalanan masih dengan tujuan mencari minuman segar itu. Seiring laju roda motor yang tak henti berputar, tak terasa kami telah sampai di tepi pantai di Surabaya, kenjeran yang keperawanannya telah terenggut para pengunjung yang berbuat mesum, semoga ombakmu tak murka lantaran pasangan muda-mudi yang semakin gila.

Setelah mondar-mandir, kami pun menemukan tempat lesehan yang tak banyak dikunjungi pasangan-pasangan mengumbar hawa nafsu itu, yaah, meskipun sedikit tak nyaman, kami tetap menyamankan diri dengan bergembira, mengumbar canda tawa bersama sambil menikmati masing-masing pesanan kami, mie ayam, lontong balap, lontong kupang, es degan, es teh dan semilir angin pantai dengan gemericik ombak yang menghantam bebatuan karang.

Sahabatku, terimakasih atas semuanya, meskipun saat pulang kemesraan kami berenam rupanya membuat langit cemburu hingga menangis sepuas-sepuasnya, kami sangat menikmatinya karena kebersamaan ini langka dan takkan terlupa.

Komentar

  1. owh ternyata itu maksud puisinya utk cinta yg lain, hi7x,, bagi sup buahnya njih,,, jd pngen pulkam ke sby :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, puisi cinta yang terbelokkan :)
      maturnuwun sudah menyempatkan menengok catatan kecil saya ;)
      monggoooo :D menawi mpun babaran jalan-jalan pados sup buah yuk ning :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer