BATU IN VACATION
Berikut
ini akan kucatatkan sebuah kisah, tentang sebuah perjalanan yang tak mampu
kutafsirkan seperti apa rasanya, dengan adanya catatan ini kuharapkan pembaca membantu
memaknakan rasanya, bila itu memang memungkinkan.
dengan jari-jari tangan
menggigil kedinginan, kupaksakan mereka tuk menuruti isi hatiku menuangkan apa
yang terlintas di benakku pada gadget yang banyak orang memanggilnya tablet
ini.
Jum'at, 18 januari 2013
Seharian
sengaja tak kuungkit perihal ini pada muhammad, adikku. aku ingin tahu seberapa
minatkah ia pada hal ini, dan hasilnya mengejutkan, entah karena ia lupa atau
juga memang sengaja, aku tak tahu pasti, yang jelas ia benar-benar tak
membahasnya di sela-sela obrol canda kami berdua. Hari beranjak sore dan tak
ada pertanda sedikitpun dari bapak untuk keberangkatan besok, entah jadi
ataukah tidak, kami sama-sama diam tak tahu juga tak mau tahu.
Pada
malam harinya, dengan malas-malasan aku mencoba menyiapkan baju-baju untuk
kubawa ke malang besok yang entah benar jadi atau tidak, yah, tak apalah, yang
penting aku siap-siap, supaya besok tidak terburu-buru.
Jam sepuluh malam, selesai
sudah persiapanku akan semua barang bawaan pribadiku dan adik, lalu kuajak dia
tidur, tapi aku masih belum sanggup menutup kedua kelopak mata, aku tak bisa
bayangkan apa yang akan terjadi besok, sedang di kamar sebelah, beliau telah
terlelap dengan putri bungsunya, entah mimpi apa yang tengah mereka alami aku
sama sekali tak peduli.
Hingga
jarum pendek jam mendekati angka 12, kedua mata ini masih tak kunjung
menunjukkan tanda-tanda meredup, akhirnya kuputuskan tuk membaca novel sebagai
pengantar tidur, hingga aku pun tak tahu tepatnya jarum pendek jam itu menunjuk
angka berapa saat aku benar-benar terlelap mimpi.
Sabtu, 19 Januari 2013
Pagi-pagi
sekali aku terbangun, mandi dan bersiap-siap, kulihat Muhammad sudah siap sedia
dengan baju yang semalam telah kusiapkan, sekali lagi kuperiksa semua barang
bawaan kami, dan saat semua kurasa sudah beres, segera kugabungkan barang
bawaan kami dengan barang bawaan keluarga ke atas mobil.
Pukul
07.00 di halaman kampus bapak dua bis sudah siap mengantar kami menuju lokasi,
maka segera aku dan adik mencari tempat duduk kami dan kami mulai berceloteh
sendiri mengisi perjalanan menuju Malang, kami berdua sangat merasakan keanehan
dan keganjilan ini, yakni berlibur tanpa adik tsabbit dan chassin, tapi mau
bagaimana lagi, toh mereka juga sedang tak di Surabaya, dan mereka tak mungkin
rela membolos sekolah demi rekreasi yang hanya dua hari semalam ini, ya
sudahlah mungkin ini memang kesempatanku dan adik Muhammad untuk menikmatinya.
Gerimis
menyambut kedatangan kami di halaman parkir Jatim Park I pada pukul 10.00, dan
adik langsung memintaku mengantarnya ke toilet, memang adikku yang satu ini
paling juara kalau disuruh buang air kecil terlebih di tempat yang bersuhu
rendah seperti ini.
Setelah
dari toilet kami segera mengantri untuk dipasangkan gelang dan masuk ke arena,
di awal-awal perjalanan, kami masih selalu bersama berlima, tapi setelah
melewati sungai kecil, aku dan adik segera berlari mengambil jalur yang berbeda
supaya lebih cepat menuju wahana rumah hantu, awalnya aku pikir kami akan
menikmatinya, ternyata adik sangat ketakutan, dia sangat merinding
sampai-sampai berpegangan sangat erat pada lenganku, untungnya bersamaan dengan
kami ada sepasang kekasih yang kami buntuti, jadi kami tak tersesat terlalu
lama di dalamnya.
Dalam ketakutan dan jeritan
adikku, aku membayangkan seandainya aku seperti sepasang kekasih di depanku
ini, pasti ceritanya akan lain lagi, pasti wahana ini akan menjadi ajang untuk
bermesraan tanpa disengaja, hehe, siapa ya kekasihku yang akan bersama-sama
denganku memasuki wahana mengerikan ini? J
Keluar
dari rumah hantu, kami segera melihat peta lokasi untuk menentukan kemana kita
setelah ini, dan akhirnya pilihan kami jatuh pada sinema 3D, disana diputarkan
film kartun singkat robin hood menggunakan kacamata 3D, aku sangat bahagia
melihatnya tertawa riang, serasa hidup dan bahagiaku ada pada senyum dan gelak
tawanya.
Sayang
sekali hpku tak henti bordering menandakan sms dan panggilan dari bapak, mereka
kesal karena memisahkan diri, jadi kami berdua dipanggil ke musholla untuk
sholat dan melanjutkan perjalanan bersama, jadi mau tak mau kami pun menurut,
ternyata bapak ingin naik perahu yang melintas sungai kecil dan sayang sekali
saat tiba di lokasi, ternyata bapak tidak diperkenankan naik, karena factor
berat badan yang melebihi 50 kg, jadi beliau hanya duduk menanti dan menunggu
tas-tas kami. Perahu tersebut hanyalah permainan buat anak kecil, jadi
pemutarannya hanya sekali, itupun dengan lokasi sungai yang sangat kecil.
Waktu
menunjukkan pukul 14.00, itu berarti waktu keliling kita masih tersisa satu
setengah jam, karena waktu berkumpulnya pukul 15.30, maka bapak mengajak kami
kembali karena bapak menginginkan masuk wahana volcano, tapi karena adik tidak
mau naik, maka aku pun meurutinya, dan kami kembali ke wahana dekat kolam
renang, awalnya kami berhenti di stand ice cream karena adik juga aku ingin
menikmati es krim itu, ditambah sepiring kecil French fries, kami nikmati
sembari memuaskan pandangan di sekeliling wahana air tersebut.
Seusai
melepas dahaga, adik mengajakku menuju tempat bermain menggunakan koin, disitu
ada beraneka ragam permainan dengan harga satu koinnya seribu rupiah, setelah
itu aku ingin menikmati roti bakar di depan kolam renang pas, maka segera aku
melenggang kesana untuk mendapatkan sepotongnya dengan harga Sembilan ribu
rupiah, kini giliran adik yang ingin makan, ia ingin makan pop mie, maka segera
kupesankan sekaligus jus apukat, dan kami menikmatinya di pusat kuliner Jatim
Park I tersebut, tak lama kemudian bapak mengirim sms supaya segera menuju
lokasi beliau untuk makan siang bersama, akan tetapi karena keadaan kami yang
sudah cukup kenyang maka kami beralasan menuju wahana lain setelah kami
mengutarakan sudah cukup kenyang, dan aku menganta adik memainkan gokart tamia
di lokasi yang tak jauh dari tempat mereka menyantap makan siang.
Ternyata
setelah mereka makan, mereka masih berkeinginan untuk masuk wahana rumah hantu,
yang tadi kita sudah memasukinya, maka mau tak mau kami menunggu saja di dekat
wahana gokart tamia tadi bertemankan tablet juga laptop.
Menjelang
pukul 15.30, adik sangat resah, ingin segera kembali ke tempat parkir bis,
kurasa karena ia sudah tak betah berlama-lama menunggu mereka yang tak kunjung
datang, syukurlah tak lama kemudian mereka datang dengan basah kuyup kehujanan,
dan kami segera menuju tempat keluar.
Di
Jatim Park I ini ternyata pintu exit.nya sudah sengaja dilewatkan akses pusat
oleh-olehnya, sehingga rasanya perjalanan semakin panjang melewati
berderet-deret kios penjual aneka ragam oleh-oleh ini, dan ini semakin membuat
adik keki dan menggerutu melulu.
Untungnya
kami bukan peserta rombongan terakhir yang tiba di bis, dan waktunya pun juga
tidak terlalu molor, pukul 16.00 bis kami langsung meluncur menuju tempat
penginapan, yakni Pohon Inn, sesampainya di kamar kami segera memanjakan diri
dengan berbagai macam fasilitas mewah hotel yang tentunya tak kami nikmati saat
di rumah. Awalnya kutangkap raut kecewa pada muka adik saat tahu bahwa kami
ternyata hanya mendapatkan satu kamar untuk berlima, itu berarti selama dua
hari ini kami harus berbagi fasilitas dengan mereka, kucoba tuk memberi
pengertian dan pemahaman sejernih mungkin untuk kesadaran ini.
Setelah
mandi segar, kami berlima turun ke lantai dasar untuk mengikuti ramah tamah
keluarga besar teman-teman dosen juga karyawan bapak sekaligus makan malam.
Malam
itu kulayani adik sebaik mungkin, kuambilkan makanan-makanan yang lezat juga
bergizi untuk menyenangkan hatinya, dan kami pun menghabiskan malam indah ini
dengan sempurna, sayangnya semakin larut malam bukan mataku semakin mudah
terkatup, justru semakin susah dilelapkan, mau menyapa sahabat-sahabat maya
tapi laptop sekaligus modemnya dipake bapak dan teman-temannya mengisikan
nilai, mau pake wi-fi dengan tablet tapi sayangnya wi-fi hotel ini terkunci,
jadinya aku hanya menatap langit malam kota Batu yang begitu indah bertabur
milyaran gemintang sehingga menggerakkan jemariku untuk megetikkan secercah
bait tentang cinta dan kerinduan yang entah teralamatkan untuk siapa, sampai
jarum jam bergerak perlahan menghampiri angka dua, tak terasa mataku pun
terlelap dengan sendirinya diantar oleh sentuhan dingin udara malang yang makin
menggigit.
Minggu, 20 Januari 2013
Pagi
harinya pukul 05.00 kami terbangun dan menunaikan sholat berjamaah dan aku
sengaja keluar dari kamar, duduk menghadap jajaran bukit kota Batu dengan muka
tertekuk menahan kemelut dingin, kusaksikan betapa taat arak-arakan awan itu
bergerak saling bergantian seakan melindungi sang bukit sekaligus memberikan
pertunjukan yang sangat menawan pada kedua bola mataku yang kesehariannya hanya
tersaji kepulan asap-asap polusi kota pahlawan yang tak pernah sepi dan asri.
Menjelang
pukul 08.00 kami bersiap turun untuk mendapatkan sarapan pagi, sebagaimana
semalam, kumanjakan adik dengan berbagai menu istimewa semata memberi
kebahagiaan pada lidah juga perut mungilnya. Seusai melahap habis menu sarapan
istimewa hotel pagi itu, kami kembali ke kamar, karena memang aku belum mandi,
maka segera kunikmatkan sekujur tubuhku menikmati dinginnya alir air Bumi
Arjuno ini hingga menjalar ke seluruh persendian juga pembulu darah ini.
Pukul
10.00 suasana sekitar Jatim Park II sudah ramai dipenuhi para pengunjung,
ternyata hotel tempat kami menginap semalam sudah masuk pada lokasi Jatim Park
II, pantas saja, para satwa yang bisa dengan bebas kami nikmati pemandangannya
dari balkon kamar itu banyak sekali, ternyata itu semua merupakan serangkaian
dari fasilitas juga wahana dari Jatim Park II itu sendiri.
Maka
tanpa perlu pikir panjang lagi, kami berlima segera membereskan semua barang
bawaan kami dan check out, setelah menaruh segala tetek bengek ke bagasi bis,
kami segera mengantre untuk masuk ke lokasi, tapi kali ini tanpa bapak, karena
bapak beserta sebagian teman-temannya harus terlebih dahulu menyelesaikan tugas
mereka, jadilah kami berempat masuk lokasi terlebih dahulu.
Seperti
halnya ketika masuk kamar hotel kemarin sore, muka adik tertekuk murung karena
tak menghendaki hal ini terjadi, dia ingin kami bisa bermain berdua saja
sepuasnya tanpa mereka, tapi lagi-lagi aku harus memberinya pengertian, bahwa
jika kita membuat masalah seperti kemarin, maka kita akan terkena marah lagi,
dan itu sama sekali tak kuinginkan, akhirnya dengan terpaksa kami berjalan
mengekori mereka.
Di
Jatim Park II ini memang lebih banyak ragam jenis satwa, terutama hewan-hewan
yang terancam punah, jadi jalur masuknya sudah ditata sedimikan rupa sehingga
pengunjung bisa menikmati semua koleksi mereka secara keseluruhan terlebih
dahulu, baru setelah itu ditujukan pada arena wahana, memang manajemen yang
cukup menarik, setibanya di arena permainan, adik bingung mau naik apa, karena
aku pikir disini wahananya lebih sedikit ketimbang di Jatim Park I kemarin, pun
dia sudah pernah kesini jadi menambah factor kemalasan dia berkeliling,
ditambah lagi harus membuntut di belakang mereka membuatnya semakin murung,
awalnya mereka juga bingung mau menjatuhkan pilihan, mau naik wahana apa kita,
dan setelah mereka pertimbangkan baik-baik, akhirnya mereka memutuskan untuk
naik wahana tsunami, wahana yang paling mengandalkan ketinggian, aku pun ikut,
tapi adik tidak mau, katanya melihat orang-orangnya saja sudah membuatnya mual,
jadi dia lebih memilih untuk diam, menunggu dan melihat dari bawah saja.
Sangat
fantastic, menaiki wahana ini sungguh membuatku plong, karena aku bisa
berteriak sekuat tenaga, kulepaskan semua penat dan bising dalam kepala ini
melalui jeritan-jerita melengkingku, tak peduli dua orang lelaki yang
mengapitku menertawakanku, yang terpenting kini aku benar-benar lega dan puas,
wahana berhenti saat hujan mulai mengguyur, maka aku segera mencari tempat
teduh sekalian memanggil adik, lalu kami menuju wahana lain, yakni safari
langsung naik kereta, dengan ini kita bisa melihat secara langsung hewan-hewan
yang mungkin selama ini hanya bisa kita lihat di layar televisi tanpa adanya
pembatas apapun, saat itu abang harimau masih tidur, jadi kami hanya
menyaksikan dengkurannya saja, setelah itu, kami lewat daerah kekuasaan unta,
bison, dan llama, mereka semua sedang terjaga dan dengan riangnya menyambut
kedatangan kereta kami dengan mendekatkan badan pada kereta kami, sebagian dari
kami menjerit-jerit karena takut, tapi segera para pamong mengamankan mereka,
bahkan yang lucu saat itu, saat gerbang antar wilayah dibuka untuk kereta kami
lewat, ternyata mereka telah mencuri-curi kabur ke wilayah lain, contohnya ada
3 bison masuk ke wilayah unta, dan ada 2 unta masuk wilayah llama, untungnya
hal ini bukanlah masalah besar, kata petugasnya itu sudah biasa, terlebih
mereka semua sudah dijinakkan, jadi semua akan aman-aman saja.
Setelah
perjalanan singkat tersebut usai kami menuju wahana 5 benua, disini juga naik
kereta, bedanya yang kita lewati hanyalah miniature-miniatur yang menggambarkan
tentang masing-masing adat, kebiasaan juga suhu dan cuaca dari kelima benua,
yakni Asia, afrika, amerika, Australia dan Antartika, keluar dari sini, kami
sempatkan sejenak mampir di pertunjukan singa laut, mereka sangatlah lucu dan
atraktif, tak sia-sia mereka dilatih sedemikian rupa, akan tetapi kami menikmati
pertunjukan ini tidak sampai usai karena bapak segera mengajak ke rumah hantu.
Saat
mengantre masuk rumah hantu, kurasakan ketakutan adik sudah menjalar tak
karuan, hampir saja dia mundur, tapi dia juga penasaran, terlebih ketika kita
masih dalam antrean, ada salah satu pengunjung yang baru keluar dari rumah
hantu ini dengan teriak-teriak ketakutan, tapi aku lihat, memang dia umurnya
jauh dibawah adik, jadi wajar saja jika dia masih sawanen melihat beraneka
hantu buatan itu.
Tibalah
giliran kita masuk, pada wahana ini bapak sudah bergabung jadi kami lebih
merasa aman, dalam melewati rumah hantu ini, bapak terlihat sangat biasa,
disamping karena beliau sudah mengerti permainan dibalik ini semua beliau juga
memang sengaja melatih keberanian kami, maka di tiap lorongnya dilewatkan
beliau dengan sangat pelan-pelan, dan memang kupikir, rumah hantun disini tidak
seseram yang di Jatim Park I kemarin, padahal aku sudah pernah masuk rumah
hantu yang kemarin. Dengan masih menahan takut pelan-pelan kami lalui lorong
demi lorong dari keseluruhan rumah misteri ini sampai akhirnya menemukan pintu
exit. Keluar dari sini, adik menarik nafas panjang lega, dan segera mengajak
foto-foto di peti mati yang memang sengaja didesain untuk tempat foto.
Melihat
gelagat adik melihat ke arena permainan tembak-tembakan membuatku menggamit
lengannya dengan cepat dan mengajaknya kesana, ia terkejut dan tersenyum
senang, aku suruh dia memuaskan permainannya sedangkan aku asik mengambil
posenya saat berlagak jadi tentara sungguhan.
Hari
sudah beranjak siang dan menggelitik perut bapak untuk minta diisi makan siang,
tapi adik mereka masih ingin menaiki satu wahana lagi, tapi sayangnya wahana
yang mereka pilih sudah full dengan antrean, jadi tak mungkin untuk ikut
mengantre disana karena itu berarti semakin membuang waktu, maka aku pun
mengajak pada anak panah yang menunjukkan ke wisata sungai, aku masih ingat
keinginan bapak kemarin untuk naik perahu, tekadku hari ini beliau harus
kesampaian, dan syukurlah antrean tidak terlalu panjang, sembari menunggu tiba
dipanggilnya nomor antrean kami memesan makanan ringan sebagai pengganjal
perut, saat itu mereka dan bapak memesan bakso sedangkan aku dan adik hanya
memesan pop mie, selain karena aku dan adik masih belum begitu merasa lapar,
aku sudah shock melihat ekspresi dia saat mengerti harga semangkuk bakso yang
begitu melangit, sudah begitu pakai membanding-bandingkan dengan para penjual
bakso di rumah, bukannya itu memalukan?
Tibalah
panggilan nomor antrean kami, tepat setelah kami semua menghabiskan makanan
kami, dan aku lihat bapak menyelinap menuju pemesanan makanan, tapi aku tak
mengerti apa yang beliau pesan, beberapa menit kemudian beliau datang dengan
dua piring pisang goreng keju coklat yang sangat menggiurkan, batinku berbisik,
inikah imbalan dari keputusan kami memilih pop mie tadi, karena kami semua
mengerti adik Muhammad sangatlah maniak pada keju, sayangnya ketika naik perahu
kita tidak diperbolehkan membawa makanan ataupun minuman, jadi dua piring
pisgor coklat keju tadi kami tinggalkan terlebih dahulu, saat berkeliling naik
perahu, lagi-lagi kami dilewatkan satwa-satwa, disini kebanyakan orang utan dan
sejenisnya, juga ada bangunan berbentuk perahu nabi nuh, yang jika kita lewat
dalamnya kita akan temui miniature-miniatur para penduduk wilayah timur tengah
yang menggambarkan para pengikut nabi nuh di masa itu.
Setibanya
di daratan kembali kita segera melahap habis dua piring pisgor lezat bertabur
coklat keju yang dipesan bapak tadi, lalu kami mempercepat langkah mengingat
hari sudah beranjak siang, kita masih ada waktu sekitar 1 jam, maka aku dan
adik tak mau melewatkan momen langka ini untuk berfoto-foto ria, sayangnya
memori hpku sudah penuh, jadi tak bisa sepuasnya, tak disangka kita pun lewat
jalan yang semalam kita lihat dari balkon kamar hotel, yakni sudah mendekati
pintu keluar.
Usai
sudah perjalanan kita di Jatim Park II, yang terakhir ialah museum, waktu kita
tersisa 45 menit, maka segera kami masuk dan menikmati semua koleksi dari
museum ini, tak diduga ternyata museum ini sangat luas, sehingga menikmati satu
per satu koleksinya itu bisa jadi memakan waktu berjam-jam, maka meski kurang
puas setidaknya sudah terkonsumsi oleh bola mata ini sekejap tak masalah.
Keluar
dari museum, hujan kembali mengguyur, aku, adik dan bapak sudah keluar tapi
entah mereka masih belum keluar juga, maka akhirnya kuputuskan untuk masuk ke
pusat oleh-oleh dahulu dengan diikuti adik, saat mereka menyusul, kami segera
mengajak bapak untuk kembali ke bis, karena firasatku sudah tidak enak.
Sambil
basah kuyup kami memasuki bis, ternyata dugaanku benar, kami sekeluarga
merupakan yang terakhir, rombongan kami sudah terlambat setengah jam, dan
ternyata mereka belum juga muncul batang hidungnya, masih menikmati berbelanja
di pusat oleh-oleh. Aku berusaha menghubungi mereka dan akirnya pak man
mengalahi dengan menjemput bapak kesana, dan akirnya bis yang mengantar
rombongan kami pun meninggalkan halaman parkir Jatim Park II, dan perjalanan
kami telah usai.
Sepanjang
perjalanan pulang, aku tak banyak berbincang dengan adik, disamping karena adik
sudah tidur kelelahan, aku pun sedang ada masalah yang sangat pelik, terdapat
sms masuk dari lelaki itu, bahwa dia sudah mengutarakan isi hatinya kepada Mbah
Qur, dan beliau menjawab bahwa hubungan kita ini tidak memungkinkan, itu sudah
pastilah, aku sudah sangat menduga hal ini terjadi, karena sebelumnya pun aku
sudah mengalaminya dengan lelaki dari kota sebelah selatan kota Tuban itu.
Aku
tak habis pikir dengan tindakan lelaki cengeng ini, tapi ya sudahlah, memang
cinta itu membuat kita berani bertindak yang tak kita duga sebelumnya, biarkan
ini semua menjadi kisah yang mungkin kelak kuceritakan pada anak cucuku J
Sekitar
jam 19.00 bis kami tiba di parkiran depan jurusan bapak, dan kami pun
berbondong-bondong menuju mobil, bapak memutuskan untuk mengajak membeli makan
di KFC, hal ini merupakan mimpi yang telah terkubur sangat lama bagi aku dan
adik, bagaimana tidak, sepertinya sudah bertahun-tahun kami tak mengalami momen
ini, yang sangat membuatku tertawa ialah, saat memilih menu disini, mereka
berdebat, mencari yang murah, tanpa pikir panjang segera saja kutanyakan pada
mbaknya tentang harga super family, yang berisikan lima potong ayam, tiga nasi
dan minum, kupikir itu lebih hemat, daripada delapan puluh ribu tapi Cuma dapat
tiga porsi beserta tetek bengeknya, rupanya keputusanku ini membuatnya semakin
geram, dan lebih geramnya saat tawaranku ini langsung diiyakan oleh bapak,
lagi-lagi aku dan adik tersenyum kecut dalam pandangan mata kami. Menggelikan.
Sekian
perjalanan singkatku berlibur di Kota Batu, Malang, lebih tepatnya di Jatim
Park I dan II, meski rencana sowan ke ndalem ning nuvis dan main ke rumah mbak
tutus dan vidia batal, yang terpenting aku bisa melihat senyum mengembang dan
tawa yang tulus dari wajah adikku tersayang dalam waktu 2x24 jam ini.
Terimakasih Ya Allah.
SEKIAN
Komentar
Posting Komentar